REPUBLIKA.CO.ID, Menteri Perminyakan Iran Rostam Qasemi mengatakan negaranya telah berhasil melewati sanksi Barat terhadap sektor energi.
"Pascapenerapan sanksi ini, kami berada dalam kondisi buruk selama dua bulan, tapi kemudian kami berhasil melewati cuaca yang mengerikan dan ... hari ini bisa mengekspor minyak mentah lagi," kata Qasemi, seperti dikutip laman Irib, Ahad (23/12).
"Sanksi yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa sebagai alat terakhir menekan Republik Islam," tegasnya.
Dia mengungkapkan bahwa sanksi mengejar tiga tujuan, yang paling penting adalah mencegah kehadiran Iran di pasar minyak dan mengganggu pasokannya.
Menurut Qasemi, kondisi sulit diciptakan untuk sektor minyak Iran pada Juni 2012, karena tidak ada kapal yang diberi wewenang untuk berlayar ke Iran. ".... Selain itu, kapal tanker minyak mentah ditolak asuransinya pada waktu itu," tambahnya.
Pada awal 2012, Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) menjatuhkan sanksi baru terhadap sektor industri minyak dan finansial Iran.
Pada tanggal 15 Oktober, para menteri luar negeri Uni Eropa sepakat menjatuhkan sanksi baru terhadap Iran.
Sanksi rekayasa Amerika itu dilancarkan berdasarkan tuduhan sepihak bahwa Iran sedang mengejar tujuan non-sipil dalam program energi nuklirnya.
Tehran menolak tuduhan tersebut. Sebagai penandatangan berkomitmen untuk traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran berhak menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Selain itu, IAEA telah melakukan inspeksi ke berbagai fasilitas nuklir Iran, tapi tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa program energi nuklir Tehran telah dialihkan ke arah tujuan militer.