Rabu 26 Dec 2012 22:19 WIB

KALEIDOSKOP INTERNASIONAL: Eropa Membeku, Pembantaian Homs dan Pembakaran Alquran

Unjuk rasa menentang pembakaran Alquran
Foto: ap
Unjuk rasa menentang pembakaran Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Peristiwa-peristiwa berikut menghiasi sebagian besar headline media pada Bulan Februari.

Eropa Membeku

Salju turun lebat di hampir penjuru Eropa. Di Inggris, salju tebal membuat pembatalan hingga ratusan jadwal penerbangan di Bandara Heathrow hingga penutupan landasan di Bandara Luton.

Lebih dari 250 orang meninggal akibat cuaca dingin di Eropa. Situasi itu, menurut laporan Aljazirah bahkan memaksa Rusia mengurangi pasokan gas alam untuk impor. Bosnia tak kalah buruk. Negara itu mengumumkan dalam kondisi darurat akibat cuaca dingin yang buruk.

Awal 2012, gelombang dingin menyapu seluruh Eropa. Angka kematian akibat cuaca beku meningkat menjadi 400 orang. Sementara Sungai Danube membeku sepanjang lebih dari 170 kilomter (Sydney Morning Herarld).

Pembantaian Homs

Gejolak di Suriah tak menunjukkan tanda-tanda meredal. Citra Presiden Bashar al Assad yang telah memburuk di mata dunia internasional kian parah setelah grup hacker terkuat Anonymous membobol akun email sang presiden dan mempublikasikan surat-surat pribadi kontroversial.

Dari sana terungkap bagaimana gaya hidup pasangan nomor satu suriah yang masih disibukkan dengan memilih tempat lilin mewah.

Pemerintah Suriah juga terus membombardir Kota Homs. Sekretaris Jendral PBB, Ban Ki-moon, (Reuters) mengutuk 'brutalitas terang-terangan' yang dilakukan operasi militer suriah. Diperkirakan 110 orang tewas dalam sehari, tepatnya pada 9 Februari.

Pembantaian itu membuat AS memutuskan menutup kedubesnya di Damaskus. Sementara Inggris menarik semua duta besarnya. (Washington Post) (CNN).

Di tengah situasi genting penuh kekerasan, Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoğlu, seperti dilaporkan Hurriyet Daily News menyatakan pintu-pintu Turki terbuka untuk seluruh Suriah yang ingin menyelamatkan diri dari tindak penindasan.

Menanggapi situasi itu, Menlu Rusia, Sergey Lavrov, mengunjungi Damaskus untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Bashar al Assad mengenai kekerasan terkini. Lavrov mengklaim telah mendapat komitmen dari Assad untuk segera mengakhiri kekerasan. Sementara itu kota Homs tetap dalam kepungan dan berondongan tembakan dari amunisi berat.

Berturut-turut, Prancis, Spanyol, Belanda dan Italia menarik seluru duta besar dari Suriah. Negar-negara tetangga di Teluk Arab juga mulai bersikap keras. Menurut laporan BBC mereka pun satu persatu menarik mundur duta besarnya.

Dunia kian diguncang dengan skala kekerasan di Suriah setelah dua wartawan asing terbunuh di Kota Homs pada 22 Februari. Dua wartawan itu yakni  jurnalis gaek  Sunday Times yang biasa meliput area konflik, Marie Colvin dan fotografer asal Prancis, Remi Olik.

Berdasar laporan aktivis, sedikitnya 92 orang lagi terbunuh di penjuru Suriah setelah pasukan militer mengintensifkan bombardir di distrik yang dikuasi oposisi, Baba Amr, Homs.

Pembakaran Alquran

Sementara di Afghanistan, ulah tentara Amerika yang membakar Alquran di pangkalan udara tentara Amerika, Bagram, membuat marah rakyat Afghan sekaligus Dunia Islam.

Pada 22 Januari, Ratusan warga Afghan melakukan protes di utara Kabul yang berujung pada kekerasan. Akibat kekerasan itu, Kedutaan Besar AS di Kabul ditutup rapat.

Kelompok Taliban mendesak rakyat Afghan untuk menyerang bila perlu membunuh pangkalan-pangkalan asing dan orang Barat yang tinggal di negara itu sebagai respons terhadap pembakaran Alquran. Seruan disampaikan setelah protes memasuki hari ketiga menyebabkan 6 orang ditembak mati.  

         

Sedikitnya, menurut laporan Aljazirah, 12 orang terbunuh dalam protes paling mematikan tersebut yang dipicu dari pembakaran beberapa kitab Alquran       

Pada 25 Januari, dua tentara AS terbunuh di dalam lingkungan Menteri Dalam Negeri Afghan di ibu kota Kabul. dan empat lagi terbunuh dalam protes di Kunduz.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement