Ahad 30 Dec 2012 13:28 WIB

Mursi: Mesir tak akan Bangkrut

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Setyanadivita Livikacansera
Presiden Mesir, Mohammed Mursi
Foto: REUTERS
Presiden Mesir, Mohammed Mursi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Mohammed Mursi memperingatkan, setiap kerusuhan dapat  membahayakan ekonomi Mesir. Mursi juga mengajak kembali oposisi untuk bergabung dalam dialog nasional.

Saat pidato di depan 270 anggota majelis tinggi parlemen Mesir, Sabtu (29/12), dengan tegas Mursi meminta kepada anggota majelis tinggi parlemen Mesir untuk mengirim pesan kepada oposisi supaya tidak terlibat dalam protes, karena dapat mengancam pembangunan Mesir.

’’Semua pihak harus menyadari kebutuhan hanya melalui demokrasi yang matang dapat menghindari kekerasan,’’ kata Mursi, seperti dikutip dari Reuters.

Mursi juga menyatakan, dirinya mengutuk dan menolak segala bentuk kekerasan oleh individu, kelompok, lembaga, dan bahkan dari bangsa dan pemerintahan. ’’Apakah salah satu dari kita senang jika Mesir bangkrut? Saya tidak meragukan niat seseorang, tapi siapa di sini yang merasa senang jika ekonomi bangsanya lemah?’’ tanya Mursi.

Meski demikian, Mursi menyatakan Insya Allah Mesir tidak akan pernah bangkrut dan terpuruk

‘’Mereka yang berbicara tentang kebangkrutan, mereka adalah orang-orang yang bangkrut. Mesir tidak akan pernah bangkrut dan tidak akan melemah, Insya Allah,’’ ucap Mursi.

Mursi mengklaim, pada kuartal ketiga tahun 2012, perekonomian Mesir tumbuh sebesar 2,6 persen per tahun.Ia juga menjelaskan, cadangan mata uang asing negara Mesir saat ini mencapai  15 miliar dolar Amerika. Angka ini yang naik dibandingkan tahun lalu, meski masih turun drastis dari 36 miliar dolar pada tahun 2010.

Sementara itu, menurut data statistik yang diterbitkan oleh Departemen Keuangan Mesir,

Pada tahun 2012, produk domestik bruto (PDB) Mesir tumbuh 2,2 persen. Pertumbuhan PDB ini naik dari 1,8 persen dibandingkan tahun 2010 dan 2011 lalu.

Bank sentral Mesir mengumumkan bahwa jumlah minimal cadangan mata uang asing Mesir berada pada tingkat kritis untuk menutupi pembayaran utang luar negeri dan membeli barang impor.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement