REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov telah bertemu dengan Utusan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Liga Arab Lakhdar Brahimi Brahimi.
Lavrov mengatakan, presiden Suriah Bashar Al-Assad tidak berniat mundur dan Rusia tidak mungkin untuk mencoba membujuk dia (untuk mundur).
Rusia telah bertemu dan berunding dengan Brahimi, Sabtu (29/12) di Moskow, Rusia. Brahimi tiba di Moskow, Rusia.
‘’Jika satu-satunya alternatif adalah benar-benar neraka atau proses politik, maka kita sudah bekerja tak henti-hentinya untuk proses politik,’’ ujar Brahimi.
Rusia yang menjadi sekutu utama Suriah menjadi pendukung utama Assad sejak pemberontakan dimulai pada Maret 2011 lalu dengan menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama dengan Cina untuk melindungi Assad dari sanksi internasional.
Lavrov mengatakan Rusia akan terus menentang setiap resolusi PBB yang akan menyerukan sanksi internasional terhadap Assad dan membuka jalan bagi intervensi asing di Suriah.
Baik Brahimi dan Lavrov telah setuju bahwa upaya untuk mengakhiri perang sipil harus didasarkan pada rencana perdamaian yang telah disetujui saat konferensi internasional di Jenewa, Juni 2012 lalu.
Lavrov mengatakan bahwa Rusia siap untuk berbicara dengan kelompok oposisi utama Suriah, meskipun sebelumnya mengkritik Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya yang mengakui koalisi oposisi nasional Suriah sebagai wakil yang sah dari rakyat Suriah.
Namun setelah bertemu dengan Brahimi, Lavrov juga mengatakan bahwa oposisi Suriah beresiko mengorbankan nyawa lebih banyak jika terus bersikeras supaya Assad meninggalkan jabatannya sebagai syarat untuk mengadakan pembicaraan pada masa depan Suriah.
’’Assad berulang kali, termasuk dalam pertemuannya dengan Brahimi di Damaskus, Suriah mengatakan bahwa dia tidak berniat untuk kemana-mana, bahwa dia akan tetap (menjadi presiden) sampai akhir dalam jabatannya. Tidak ada kemungkinan untuk mengubah kedudukan ini,’’ ujar Lavrov.