REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Wakil Perdana Menteri Irak, Saleh al-Mutlak, selamat dari upaya pembunuhan, pada Ahad (30/12), saat ia ikut dalam satu protes di provinsi Anbar, 110 kilometer di sebelah barat Baghdad.
Menurut kantor berita Mesir, MENA dan dilansir Xinhua, Senin (31/12), yang mengutip pernyataan yang dikeluarkan kantor al-Mutlak, sejumlah pengawal Wakil PM Irak itu cedera dalam serangan tersebut.
Protes telah meningkat sejak penangkapan beberapa pengawal Menteri Keuangan Rafie al-Issawi dari kubu Sunni pekan lalu. Para penentang menuduh Perdana Menteri Nouri al-Malik, dari masyarakat Syiah, berusaha menyisihkan para pemimpin politik dari kelompok Sunni.
Al-Maliki berkeras ia tak memerintahkan penangkapan pada Kamis lalu (27/12) tersebut dan menyatakan tindakan itu adalah hasil dari penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kehakiman. Pada Kamis lalu, ribuan pemrotes dari masyarakat Sunni terus menggelar blokade yang sudah berlangsung selama satu pekan di jalan raya utama dan siap menggelar pawai besar pada Jumat guna menuntut konsesi dari al-Maliki.
Protes meletus pekan sebelumnya, setelah tentara yang setia kepada al-Maliki menahan beberapa pengawal menteri keuangannya. Banyak pemeluk Sunni yang mendominasi Irak, menuduh al-Maliki menolak untuk berbagi kekuasaan dan menguntungkan Iran, tetangga Irak yang didominasi Syiah.
Setahun setelah kepergian tentara AS, gesekan sektarian, serta ketegangan mengenai tanah dan minyak antara masyarakat Arab dan suku Kurdi mengancam Irak dengan kerusuhan baru. Peristiwa semacam itu juga menghambat upaya untuk memperbaiki kerusakan setelah bertahun-tahun kerusuhan dan untuk memanfaatkan kekayaan energi negeri tersebut.