REPUBLIKA.CO.ID--Masih diliputi suasana duka akibat terjangan Badai Sandy pada akhir Oktober 2012, rakyat Amerika Serikat menggelar pesta demokrasi, pemilu presiden pada 6 November.
Presiden Barack Obama, kandidat incumbent dari Kubu Demokrat bersaing dengan Mitt Romney, calon presiden dari Partai Republik. Berdasar jajak pendapat sebelumnya, Mitt Romney dinilai berpeluang sebab hasil debat antarkandidat, Romney dianggap berada di atas angin. Sejumlah lembaga polling bahkan menyebut beberapa kali Romney unggul tipis dari Obama.
Namun saat pemungutan suara berlangsung, kenyataan berbunyi sebaliknya. Obama menang secara meyakinkan meraup 332 suara elektoral pada pemilu 2012, meski ada penurunan bila dibanding jumlah suara yang ia peroleh pada 2008, yakni 365.
Sebelum penghitungan suara negara bagian menentukan, Florida kelar, bahkan Obama telah memastikan kemenangan dengan 275 suara elektoral. Jumlah suara minimal yang dibutuhkan seorang kandidat untuk menang dalam pilpres AS yakni 270 suara dari totoal 538 suara elektoral. Sementara pesaingnya, Romney dikunci dengan 203 suara dan angka tak bertambah lagi.
Selain menang di suara elektoral yakni 61,71 vs 38,39 persen, Obama juga menang meyakinkan dalam perolehan suara populer yaitu 51 vs 47,2 persen.
Hasil pemilu kemarin adalah yang pertama dalam sejarah kandidat presiden AS dari kubu Demokrat sejak Franklin D. Roosevelt memenangkan dua kali periode pada 1940 dan 1944 dengan perolehan mayoritas baik di suara populer dan elektoral.
Andrew Jackson, Roosevelt and Obama adalah tiga calon dari Partai Demokrat yang mengamankan suara mayoritas dalam dua pemilu berturut-turut.
Kemenangan ini sekaligus pukuklan terhadap Partai Republik yang dikritik karena masih menggunakan isu-isu anti-Muslim, Islamofobia dan juga anti-imigran dalam kampanyenya.
Terpilihnya kembali Obama juga membuat Majalah Times mendaulat lagi presiden AS ke-44 itu sebagai "Person of the Year".