Senin 31 Dec 2012 11:24 WIB

Kaleidoskop Internasional: Pertempuran 8 Hari di Gaza & Operasi 'Pillar of Cloud'

Rep: Chairul Ahkmad/Didi Purwadi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Milisi Hamas berjalan di reruntuhan rumah yang hancur terkena serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (16/11).
Foto: AP/Eyad Baba
Milisi Hamas berjalan di reruntuhan rumah yang hancur terkena serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, Jumat (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Pada penghujung November, Gaza dan Israel kembali memanas. Roket dari kedua belah pihak menghujani kawasan satu sama lain. Kali ini Israel dikagetkan dengan daya jangkau roket-roket Hamas yang berhasil mencapai ibu kota Tel Aviv.

Ketegangan ini bermula dari terbunuhnya pemimpin saya militer Hamas Brigade Alqassam, Ahmad al Jabari. Dalam sejumlah laporan, situasi di Israel di mana puluhan roket Hamas terus berjatuhan, sebagian besar di wilayah kosong, Benjamin Netanyahu dan kabinetnya tengah rapat untuk membahas serangan berikutnya.

Nun jauh di sana, sekitar 4.000 mil di Kota Rangoon, sehari setelah pidato “sepenuhnya mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri", Presiden AS Barack Obama berkhotbah soal pentingnya demokrasi di Burma (Myanmar).

Sebelum gencatan senjata dillakukan pada 22 November, Gedung Putih menyatakan Obama telah berbicara dengan Netanyahu dan Presiden Mesir, Muhammad Mursi, tentang cara dan bagaimana meredakan situasi. Mungkin khawatir serangan besar-besaran—terutama darat—bakal dihentikan sebelum mencapai target.

Saat pertempuran masuk di hari ketujuh, Rabu (21/11), korban sipil di Gaza terus berjatuhan. Hampir 150 orang tewas, dan 1.000-an lainnya luka-luka.

Media-media Barat kompak bak paduan suara, menggambarkan serangan Israel di Gaza sebagai operasi Angkatan Bersenjata Israel (IDF) untuk "membela diri" atas serangan roket Palestina ke wilayah Yahudi tersebut.

Padahal, sejumlah laporan menyatakan Obama—jelang pilpres AS awal November lalu—telah memberikan lampu hijau ke Tel Aviv tentang keterlibatan langsung pemerintah dan militer AS dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap Gaza.

Pakar ekonomi (emeritus) Universitas Ottawa dan penasihat sejumlah negara berkembang, Michel Chossudovsky, menyatakan ada bukti yang menunjukkan operasi "Pillar of Cloud" berhubungan erat dengan Washington, dalam konteks yang lebih luas daripada sekedar proses perencanaan militer dua sekutu abadi tersebut.

“Sejumlah pejabat senior militer AS berada di lokasi (Israel), bekerjasama dengan rekan-rekan mereka di IDF, beberapa hari menjelang serangan,” beber Chossudovsky di situs Globalresearch.ca.

Operasi Pillar of Cloud (Tiang Awan) dilaporkan diluncurkan pada 14 November, tepat sepekan setelah pemilihan presiden AS. Serangan ini, kata Chossudovsky, telah ditetapkan dan bakal diluncurkan. Terlepas dari apa pun hasil pemilu AS.

Gencatan Senjata

Memasuki hari ke-8, gencatan senjata tercapai. Biro informasi gerakan perlawanan Hamas mengumumkan kesepakatan gencatan senjata terkait agresi Zionis Israel di Gaza sejak pekan lalu. Inilah poin-poin dalam kesepatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel tersebut

Pertama, Israel harus menghentikan semua agresinya ke Gaza baik dari darat, laut dan udara. Itu termasuk menghentikan aksi provokasi dan penembakan terhadap orang.

Kedua adalah faksi-faksi perlawanan menghentikan semua aktivitas perlawanannya dari Gaza ke Israel. Itu termasuk penghentian tembakan roket dan serangan dari perbatasan.

Poin ketiga adalah membuka perlintasan dan memberikan kemudahan bagi orang dan barang yang masuk ke Gaza, tidak mengekang pergerakan warga atau mengincarnya di wilayah perbatasan dan melakukan semua ini salam 24 jam sejak masuknya kesepakatan gencatan senjata.

Keempat atau terakhir, kedua pihak akan melakukan pembicaraan untuk menyepakati semua masalah jika tidak sesuai dengan kesepakatan.

Sementara, mekanisme pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata sebagai berikut:

a. Membatasi mulai berlakunya kesepakatan sejak jam 00 setelah kesepakatan ini ditanda tangani.

b. Pihak Mesir mendapat jaminan bahwa semua pihak komitmen dengan kesepakatan.

c. Semua pihak komitmen untuk tidak melakukan kagiatan apapun yang dapat mengganggu atau membatalkan kesepakatan. Saat ada peringatan dari Mesir, maka semua pihak wajib kembali pada Mesir sebagai penggagas kesepahaman untuk dibahas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement