REPUBLIKA.CO.ID, Pusat Hak Sosial dan Ekonomi Al-Quds atau Yerusalem menyatakan, kondisi ekonomi di Al-Quds Timur memburuk terus sejak pendudukan Israel pada 1967.
Dalam wawancara dengan kantor berita PIC direktur Ziyad Hamouri mengungkapkan, kondisi yang memburuk ini bukan sebuah kebetulan melainkan bagian dari rencana Israel yang melakukan program pemiskinan dengan membatasi gerakan, memberikan banyak hambatan dan pembangunan tembok.
Hamouri menegaskan blokade ekonomi Israel di Al-Quds Timur melemahkan daya beli warga dan berdampak pada sektor pariwisata Palestina. Ia juga mengingatkan tekanan ekonomi yang dilakukan Israel kepada penduduk asli di Al-Quds Timur adalah bagian dari upaya pembersihan etnis tersebut.
Penduduk miskin di Al-Quds saat ini diperkirakan mencapai 80 persen. Ini, ujar Hamouri, menunjukkan perang demografi untuk mengurangi populasi Arab menjadi kurang dari 12 persen bisa jadi memang menunjukkan hasil yang diinginkan Zionis.
Saat ini, sambungnya, terdapat lebih dari 20.000 perintah penghancuran rumah-rumah Palestina di Al-Quds. Menurut data statistik dua tahun lalu, terdapat 250 lebih toko yang ditutup secara permanen oleh Israel. Dan jumlah ini terus bertambah hingga sekarang.
Ia menyebutkan, pengenaan denda harian dan serangan-serangan yang dilakukan Zionis terhadap para penjaga toko Al-Quds akhirnya membuat mereka meninggalkan toko dan kota. Selain itu, banyaknya pembatasan Israel membuat para pemilik toko melihat tidak adanya harapan bagi mereka untuk bertahan di Al-Quds.