REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, Kamis (3/1) memperingatkan Suriah dan seluruh wilayah itu menghadapi ancaman perpecahan berdasarkan aliran, agama dan suku. Dia juga menekankan Lebanon terlalu kecil untuk dipecah.
"Kami secara mendasar dan ideologi menolak setiap bentuk pemisahan atau perpecahan setiap negara Arab atau Islam. Saya menyeru mereka agar memelihara persatuan mereka,'' katanya.
Nasrallah mengatakan negara Arab mulai dari Yaman sampai Irak hingga Suriah terancam perpecahan akibat perbedaan aliran, agama, dan suku. Ancaman perpecahan kali ini lebih besar daripada sebelumnya.
Ancaman perpecahan juga menerpa Mesir, Libya serta Arab Saudi. Sementara, Lebanon sendiri melalui salah satu tahap paling penting dan berbahaya yakni suasana pergolakan
"Rakyat Lebanon harus menyampaikan komitmen pada persatuan negara, wilayah, rakyat dan lembaga mereka," kata Nasrallah sebagaimana dikutip Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Pemimpin Hizbullah tersebut menolak pendapat bahwa perbatasan Lebanon-Suriah harus ditutup akibat ketidak-mampuan Lebanon memikul beban pengungsi Suriah yang mengalir masuk dari tanah air mereka yang dicabik perang saudara.
"Perbatasan dengan Suriah tak boleh ditutup. Pengungsi, tak peduli apakah mereka mendukung atau menentang rejim Suriah, mesti diterima di Lebanon," kata pemimpin Hizbullah itu. "Masalah ini mesti ditangani dari sudut pandang kemanusiaan murni tapi tak berkaitan dengan urusan politik."