REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Empat sandera Prancis yang diculik dua tahun lalu di Niger utara masih hidup tapi dalam kondisi menyedihkan. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius di Paris, Kamis (3/1).
Fabius memberitahu keluarga keempat sandera tersebut bahwa orang yang mereka cintai masih hidup dan sehat. Namun kondisinya menderita dan menyedihkan. Keempat warganegara Prancis itu diculik oleh gerilyawan Al Qaida di Maghrib Islam (AQIM) selama lebih dari dua tahun lalu, ketika mereka bekerja di perusahaan nuklir Prancis, Areva, dan subkontraktornya, Satom.
Warganegara Prancis telah menjadi sasaran kelompok gerilyawan di Wilayah Sahel sebagai reaksi atas komitmen militer Paris di Afghanistan. Serta dukungan Prancis yang berlanjut bagi operasi militer yang direncanakan guna mengusir gerilyawan dari wilayah Mali utara.
Tiga pekan lalu, 30 pria bersenjata menculik seorang warganegara Prancis di Nigeria utara dan menewaskan dua orang setelah mereka menyerbu sebuah tempat tinggal keluarga pekerja.
Presiden Prancis Francois Hollande dengan keras mengutuk penculikan itu, dan mengatakan gerilyawan AQIM bertanggungjawab atas peristiwa tersebut.
"Saya tak bisa menerima ada ancaman terus-menerus terhadap warganegara kami. Kami harus tegas sementara mempertahankan kontak bagi pembebasan sandera. Saya menolak bertukar sandera," kata Hollande.
Sejauh ini, tujuh warganegara Prancis berada di tangan penculik di wilayah itu.