Ahad 06 Jan 2013 10:12 WIB

Militer Suriah Serang Distrik Pemberontak dengan Roket

Pendukung tim Suriah di hadapan poster Presiden SUriah, Bashar Al-Assad sebelum pertandingan Piala Asia 2011 di Doha (13/1).
Foto: reuters
Pendukung tim Suriah di hadapan poster Presiden SUriah, Bashar Al-Assad sebelum pertandingan Piala Asia 2011 di Doha (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Tentara Suriah, menembakkan roket ke sebuah distrik di Damaskus, untuk mengusir pemberontak yang berupaya mendekati jantung kekuasaan Presiden Bashar al-Assad.

Seiring dengan terus berlangsungnya pertempuran yang telah menewaskan sekitar 60 ribu orang dalam 21-bulan terakhir dan berubahnya aksi kebangkitan menjadi perang sipil, wakil menteri luar negeri Suriah melakukan lawatan ke Iran, Sabtu, dalam upayanya untuk mempertahankan dukungan dari sekutu utama Bashar di kawasan.

Kantor Berita Iran Fars, Sabtu (5/1) mengatakan Faisal al-Makdad akan bertemu dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan pejabat Iran lainnya.

Pasukan pemerintah menembakkan roket ke Jobar, sebuah wilayah yang menjadi kantung kelompok Sunni di dekat pusat Damaskus, sehari setelah membombardir Daraya, yang terletak di pinggiran timur dari kawasan bulan sabit yang dikuasai pemberontak di pinggiran, kata Housam, seorang aktivis di ibukota.

"Pemboman dimulai pada dini pagi hari, dan makin meningkat sejak pukul 11 pagi, dan sekarang telah menjadi benar-benar berat. Kemarin Daraya dan hari ini Jobar menjadi tempat terpanas di Damaskus, "katanya melalui fasilitas Skype.

Negara-negara Barat sejauh ini tidak menunjukkan keinginan untuk terlibat dalam aksi militer di Suriah sebagaimana dalam aksi yang membantu menggulingkan pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada tahun 2011, namun NATO mengirim rudal Patriot AS dan Eropa ke perbatasan Turki-Suriah.

Militer Amerika Serikat mengatakan, pasukan AS dan peralatan mulai tiba di Turki pada Jumat untuk penempatan. Jerman dan Belanda juga mengirimkan pasukan serupa yang akan memerlukan beberapa minggu untuk menyebar secara sepenuhnya.

Turki dan NATO mengatakan bahwa rudal itu adalah perlindungan guna melindungi Turki selatan dari kemungkinan serangan rudal Suriah. 

Kantor Berita Suriah SANA mengatakan seorang jurnalis, Suheil al-Ali dari televisi pro-pemerintah Addouniya TV, telah meninggal karena luka berkelanjutan dalam serangan oleh teroris, menurut istilah yang digunakan media pemerintah untuk merujuk kepada pemberontak. Suriah sejauh ini  adalah negara yang paling berbahaya bagi wartawan tahun lalu, dengan 28 wartawan tewas.

Pihak oposisi yang terkait dengan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, yang memonitor konflik dari Inggris melalui jaringan aktivis di lapangan, melaporkan terjadinya pertempuran dan penembakan pada Sabtu di dekat Damaskus, di kota timur sungai Efrat Deir al-Zoor dan dekat pusat kota Hama.

Para pemberontak telah membuat kemajuan besar dalam enam bulan terakhir. Namun, kendali mereka atas area itu dibatasi oleh kekuatan udara Bashar. 

Pasukan Bashar masih menguasai sebagian besar kawasan padat penduduk di bagian barat daya di sekitar ibukota, pantai Mediterania, jalan raya utama utara-selatan, dan pangkalan militer di seluruh penjuru negeri tempat pesawat dapat menyerang daerah yang dikuasai pemberontak.

Pemberontak tampaknya sejauh ini telah gagal untuk merebut pangkalan udara bagian utara di Taftanaz setelah serangan dalam beberapa hari terakhir. Pangkalan itu masih di tangan pemerintah dan Kepala Observatorium Rami Abdelrahman mengatakan situasi telah tenang sejak Jumat.

Video yang diterbitkan oleh aktivis oposisi di Internet pada Sabtu, memperlihatkan mayat kaum pria, beberapa di antaranya telah dimutilasi. Namun tidak mungkin untuk memverifikasi asal dari video atau identitas para korban. 

Kedua belah pihak dalam konflik itu telah dituduh melakukan aksi brutal tersebut. PBB mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah bersalah. 

sumber : Antara/ Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement