REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS--Kelompok oposisi Suriah menolak tawaran perdamaian baru oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad. Rencana damai itu mencakup konferensi rekonsiliasi nasional, pemerintahan baru, dan konstitusi.
Seorang anggota dari koalisi nasional oposisi Suriah Louay Safi menolak tawaran Assad yang dianggap sebagai retorika kosong. ’’Dia tidak menawarkan untuk mundur, yang merupakan prasyarat untuk memulai negosiasi,’’ katanya seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin (7/1).
Safi menuding pidato Assad menunjukkan bahwa dia adalah seorang diktator yang tidak bisa bernegosiasi. Ia tidak memiliki keinginan untuk melepaskan kekuasaan. Ia ingin menghancurkan oposisi. "Assad berharap dia bisa menjabat selama 40 tahun ke depan seperti ayahnya lakukan,’’ katanya.
Juru bicara koalisi nasional oposisi Suriah Walid al-Bunni juga dengan tegas menolak rencana Assad. ’’Kami ingin solusi politik, tapi sekarang ada lebih dari 60.000 korban. Suriah tidak membuat semua pengorbanan untuk memperkuat rezim tirani,’’ ujarnya seperti dikutip dari Al Arabiya.
Bunni menegaskan, Assad tidak akan menerima inisiatif apapun yang tidak mengembalikan stabilitas rezim dan menempatkan sebagai pengendali peerintahan. ’’Dia ingin negosiasi dengan mitra yang dipilihnya, tidak menerima inisiatif yang memenuhi aspirasi rakyat Suriah yang menjatuhkan rezimnya,’’ ujarnya.