REPUBLIKA.CO.ID, Defisit besar yang dihadapi Mesir--setara dengan 13 % dari GDP-- mengancam negeri itu menuju kebangkrutan. Peneliti Universitas Notre Dame, AS, Abdallah Erfan, mengatakan penerbitan sukuk tidak akan mampu meredam defisit anggaran di Mesir.
Permasalahan Mesir, kata Erfan, berasal dari defisit anggaran yang menganga. Tidak sehatnya iklim investasi di Mesir dapat menyebabkan investor menjauh. "Investor tidak akan memilih sukuk dan investasi dalam proyek berpenghasilan rendah," ucapnya.
Rendahnya pendapatan invetasi, kata Erfan, bisa disebabkan oleh birokrasi berbelit dan ancaman korupsi. Mesir harus mereformasi iklim investasinya untuk menghilangkan kedua hambatan tersebut.
Menurut dia, meski obligasi sukuk tidak efektif dalam waktu dekat, namun bisa berguna dalam jangka panjang. Dia berharap sukuk mampu mendorong pembentukan beberapa proyek di masa mendatang yang pada gilirannya dapat menciptakan lapangan kerja.
Perluasan pasar keuangan Islam di Mesir membutuhkan dukungan legislatif untuk mengatur penggunaan instrumen keuangan Islam. Pada Juni 2011 lalu, Otoritas Pengawas Keuangan Mesir menyetujui amandemen undang-undang Pasar modal untuk memungkinkan pengenalan sukuk. "Selain reformasi legislatif, Mesir membutuhkan lembaga keuangan Islam profesional,"kata Erfan.