Senin 07 Jan 2013 22:55 WIB

Kenya Pastikan Dukung Perdamaian Dua Sudan

Sudan dan Sudan selatan
Sudan dan Sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI--Kenya kembali menyampaikan komitmen negaranya guna menjamin Sudan dan Sudan Selatan hidup berdampingan secara damai.

Presiden Kenya Mwai Kibaki, Senin (7/1)Presiden bergilir Dewan Keamanan dan Perdamaian Uni Afrika (AU-PSC), Kenya ingin menjamin peta jalan perdamaian antara kedua negara Sudan diikuti sepenuhnya.

"Keinginan Kenya ialah melihat kehidupan-berdampingan antara kedua Sudan dan dan itu lah alasan mengapa kami terlibat sangat dalam pada proses perdamaian yang mencapai puncaknya dengan penandatanganan Kesepakatan Perdamaian Menyeluruh (CPA)," kata Presiden Kibaki di Nairobi ketika ia menerima pesan khusus dari Presiden Sudan Omar Al-Bashir.

Pesan tersebut disampaikan oleh Wakil I Presiden Sudan Ali Osman Taha. Pernyataan Kibaki disampaikan dua hari setelah pemimpin Sudan dan Sudan Selatan menegaskan kembali komitmen mereka bagi penetapan zona penyangga di perbatasan bersama mereka dan melanjutkan ekpor minyak.

Penengah Uni Afrika Thabo Mbeki mengatakan kedua pihak telah sepakat untuk "tanpa syarat" melaksanakan kesepakatan yang pertama kali dicapai pada September tahun lalu, demikian laporan Xinhua.

Presiden Sudan Omar Al-Bashir dan timpalannya dari Sudan Selatan Salva Kiir telah bertemu di Addis Ababa, Ibu Kota Ethiopia, Jumat lalu (28/1). Pertemuan itu  bertujuan mendorong kemajuan pada kesepakatan kerja sama --yang macet-- antara kedua negara dengan kehadiran Perdana Menteri Ethiopia Hailemariam Desalegn.

Pada 27 September 2012, Sudan dan Sudan Selatan menandatangani paket kesepakatan mengenai bermacam masalah selama pertemuan tingkat tinggi di Ibu Kota Ethiopia itu. Kedua negara bertetangga tersebut nyaris berperang setelah kemerdekaan Sudan Selatan pada 2011.

Selama pertemuan di Nairobi, Presiden Kibaki memuji Presiden Sudan Al-Bashir dan timpalannya dari Sudan Selatan, Salva Kiir, karena menandatangani kesepakatan yang akan menghasilkan penyelesaian masalah yang mengganjal antara kedua negara.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement