REPUBLIKA.CO.ID,Park Geun-hye mengawali karier politiknya di Daegu, kota kelahirannya, dengan menjadi anggota Partai Grand Nasional (GNP). Pada 1998, ia terpilih sebagai anggota majelis untuk distrik Dalseong, dan terpilih lagi tiga kali di daerah pemilihan yang sama sampai 2008. Ia menjabat sebagai anggota majelis sampai 2012.
GNP mengalami jatuh-bangun antara 2002 sampai 2006. Partai gagal mengimpeach Presiden Roh My-hyun, dan mengungkap skandal suap calon presiden Lee Hoi-chang. Akibatnya, GNP mengalami kekalahan telak pada pemilu 2004.
Sebagai upaya memperbaiki kinerja partai, GNP menunjuk Geun-hye sebagai ketua partai. Ia memperlihatkan kemampuannya mengembalikan martabat partai dengan memenangkan banyak pemilihan lokal. Pada 2006, GNP memperoleh suara mayoritas pada 2006.
Saat kampanye pemilu 2006, Ji Chung-ho, seorang penjahat kambuhan berusia 50 tahun, menyerang Geun-hye dengan sebilah pisau. Geun-hye dilarikan ke rumah sakit dengan luka sepanjang 11 sentimeter di wajah. Ia mendapat 60 jahitan dan harus terbaring tak sadarkan diri selama beberapa jam operasi.
Muncul anekdot terkenal. Setelah operasi selesai dan Geun-hye siuman, pertanyaan pertama kepada sekretarisnya adalah, “Bagaimana Daejeon.” Sulit memverifikasi anekdot ini. Yang pasti, dalam pemilihan wali kota Daejeon, calon dari GNP menang. Padahal, dalam jajak pendapat beberapa hari sebelum pemilu, calon dari GNP tertinggal 20 poin.
Selama dua tahun—antara 2004 sampai 2006—memimpin GNP, Geun-hye memperlihatkan pengaruhnya yang luar biasa. Calon-calon dari partainya memenangkan 40 pemilihan ulang. Sejak saat itu Geun-hye mendapat julukan Ratu Pemilu.