REPUBLIKA.CO.ID,Sukses memimpin GNP memenangkan banyak pemilu lokal membuat Park Geun-hye bertekad menduplikasi sukses ayahnya. Ia memberanikan diri menantang Lee Myung-bak untuk maju sebagai calon presiden dari GNP untuk Pemilu 2007.
Geun-hye berusaha mengalahkan Myung-bak dengan memunculkan isu korupsi yang melibatkan lawannya. Myung-bak sempat goyah, tapi Geun-hye tidak cukup mendapatkan dukungan mayoritas anggota partai. Ia harus kalah dengan selisih sangat tipis.
Myung-bak memenangkan pemilihan presiden Korsel 2007 dan dilantik pada 2008. Ia membentuk pemerintahan yang berisi teman-teman dekatnya. Pendukung Geun-hye kecewa, dan melihat tindakan Myung-bak sebagai balas dendam politik.
GNP pecah. Sejumlah pendukung Geun-hye memisahkan diri dan membentuk koalisi pro-Park Geun-hye dan Solidaritas Independen untuk pro-Park Geun-hye. Park tidak bergabung di dalamnya, tapi secara tidak langsung mendukung manuver politik rekan-rekannya.
Sebelum pemilu parlemen 2008, kedua kelompok pro-Geun-hye mengumumkan akan kembali ke GNP usai pemilu. GNP menutup pintu. Pada pemilu parlemen, koalisi pro-Geun-hye memenangkan 14 kursi, dan calon independen pro-Geun-hye meraih 12 kursi.
Keduanya memainkan peran penting di parlemen yang didominasi GNP. Sedangkan, Geun-hye mendesak agar rekan-rekannya yang keluar dari GNP dibiarkan kembali. Pada 2011, sebagian besar pembangkang kembali ke GNP. Akibatnya, 50 dari 60 anggota parlemen adalah pendukung Geun-hye.
Desember 2011, GNP berubah nama menjadi Partai Saenuri, dan Geun-hye menjadi orang nomor satunya. Pada pemilu parlemen 2012, Partai Saenuri di luar dugaan mengalahkan Partai Uni Demokrat (DUP), dengan meraih 152 kursi untuk mempertakan posisi mayoritasnya. Padahal, banyak pengamat memperkirakan Saenuri tidak akan memenangkan lebih dari 100 kursi, akibat terkuaknya skandal korupsi yang melibatkan Lee Myung-bak.
Pers Korsel mencatat untuk memperbaiki reputasi Saenuri, Gen-hye rela melakukan perjalanan 7.200 kilometer, dan mengunjungi lebih dari 100 konstituen. Tidak aneh jika banyak politisi Korsel menyebut kemenangan Saenuri semata berkat kepemimpinan Geun-hye.
Namun, Geun-hye tidak benar-benar menaklukkan seluruh Korsel. Kekalahan Saenuri di metropolitan Seoul memperlihatkan pengaruh politik Geun-hye memiliki keterbatasan.