Jumat 11 Jan 2013 11:11 WIB

Dua Sisi Salju bagi Rakyat Suriah

Bocah Suriah berdiri di depan tenda pengungsian di Marj, Lebanon, Senin (7/1).
Foto: AP/Hussein Malla
Bocah Suriah berdiri di depan tenda pengungsian di Marj, Lebanon, Senin (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Rabu malam, topan salju menerpa Damaskus. Tapi, keesokan pagi harinya, ibukota Suriah itu terlihat indah dengan dipenuhi salju putih nan tebal di bawah sinar matahari keemasan.

Warga Suriah sejenak melupakan krisis politik yang melanda negara mereka selama 22 bulan. Rima kecil, yang berusaha menangkap butiran salju dengan lidahnya, tertawa keras saat kakaknya melemparkan bola salju kecil ke arahnya.

Rambutnya basah dan acak-acakan. Ia kemudian berlari menjauh dari saudara lelakinya dan tali satu sepatunya terlepas.

Bukan hanya anak-anak, tapi orang dewasa juga ikut bergembira dengan bermain salju. Mereka melangkah hati-hati agar tidak kehilangan keseimbangan dan terpeleset di trotoar yang tertutup salju.

Amal, perempuan berusia 24 tahun, mengatakan salju sejenak mengalihkan perhatiannya dari krisis negerinya. ''Saya menjadi merasa heran dengan kebaikan alam,'' kata Amal seperti dikutip Xinhua yang dipantau Antara.

"Saya jadi lupa tentang krisis,'' kata Amal sambil memeras kaus kakinya yang basah setelah bermain salju. "Sekarang orang dapat melupakan unek-unek mereka dan krisis politik.''

Samar, ibu dua anak, mengatakan dirinya langsung berharap ketika ia terbangun pada Kamis dan melihat hamparan salju. ''Saya berharap hari mendatang kami akan seputih salju,'' kata Samar sambil tersenyum.

Beberapa lelaki muda, yang bahkan tidak saling kenal, membentuk tim untuk saling melemparkan bola salju. Mereka pun melemparkan bola salju ke arah mobil yang lewat dimana pengemudinya bereaksi dengan senyuman. Mereka menikmati perasaan seperti anak kecil.

Kelompok yang sedang bermain tersebut bahkan tidak melepaskan Jeep militer. Seorang pria muda di Kabupaten Mazzeh, Damaskus, melemparkan bola salju ke arah satu Jeep militer yang lewat. Pengemudi Jeep militer melambatkan kendaraannya, mengambil segumpal salju dari atap mobilnya dan melemparkannya lagi ke lelaki muda itu. Keduanya tertawa-tawa.

Pengungsi Suriah

Namun, kondisi itu sebaliknya membuat susah warga Suriah yang meninggalkan tempat tinggal mereka. Badai salju membuat kamp pengungsian mereka kebanjiran atau malah diterbangkan angin dingin.

Para pengungsi Suriah itu tidak terlalu bisa menikmati salju seperti saudara mereka di Damaskus. Di negara tetangga yang juga diguyur hujan dan salju tebal sejak pekan lalu, banyak kamp pengungsi Suriah kebanjiran. Di Jordania dan Lebanon, pengungsi Suriah menggigil saat temperatur di bawah nol.

Kamp pengungsi Zaatari, Jordania, telah menghadapi hujan lebat dan angin kencang sejak Ahad malam (6/1). Lebih dari 50 tenda dilaporkan terrendam air dan beberapa tenda lagi malah hanyut, sehingga pemerintah Jordania mengumumkan keadaan darurat.

Di Lebanon, kondisi yang bertambah buruk menambah tekanan bagi pemerintah Lebanon dan badan bantuan. Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi mengumumkan jumlah pengungsi Suriah yang menerima bantuan dari pemerintah Lebanon, PBB dan organisasi non-pemerintah telah melebihi 180.000 orang.

Badan pengungsi itu juga mengatakan hampir 600.000 pengungsi Suriah telah mendaftarkan diri atau sedang menunggu pendaftaran di badan tersebut di Turki, Lebanon, Jordania, Irak dan Mesir. Program Pangan Dunia menyatakan lembaga bantuan itu tak bisa membantu satu juta orang Suriah yang kelaparan di wilayah Suriah.

Setelah 22 bulan kerusuhan, upaya perdamaian sejauh ini tak bisa menyelesaikan krisis Suriah. Itu termasuk upaya yang dilancarkan utusan khusus gabungan PBB-Liga Arab Lakhdar Brahimi.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement