REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Navi Mehdawi, menegaskan pihaknya akan menyeret Israel ke Mahkamah Internasional atas serangkaian tindak kejahatan terhadap masyarakat Palestina, seperti membunuh anak-anak dan perempuan, membangun pemukiman di tanah bukan miliknya, embargo ekonomi, dan banyak lagi.
"Kami belajar banyak kepada Indonesia yang pernah dijajah Belanda selama 350 tahun, di antaranya pentingnya bersabar dan bersatu, kami mulai menikmati kemerdekaan yang juga dipelopori Indonesia," katanya dalam Tabligh Akbar digelar 'Aqsa Working Group' perwakilan Surabaya di Masjid Kemayoran, Surabaya, Ahad (13/1).
Di hadapan ratusan warga Surabaya dan sekitarnya serta ulama dari Malaysia, yakni Dr Abdul Halim bin Abdul Hamid, dan pengasuh Pesantren Al-Fatah, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Drs Yakhsyallah Mansyur MA, ia menjelaskan upaya menyeret Israel ke Mahkamah Internasional akan melibatkan 26 dari 139 negara yang mendukung Palestina di PBB.
"Kami optimistis, karena kemerdekaan Palestina itu bukan untuk Palestina, melainkan umat Islam akan bisa shalat berjamaah di Masjidil Aqsa. Itu masalah umat Islam, bukan masalah bangsa Palestina atau bangsa Arab semata, karena itu semuanya harus bersatu. Kami juga mendoakan Indonesia menjadi negara yang kuat, karena kalau Indonesia kuat, maka Palestina juga kuat," bebernya.
Menurut dia, kunci kemenangan adalah persatuan, karena harta itu tidak ada artinya bila umat Islam tidak bersatu, apalagi kita menghadapi musuh yang menggunakan cara-cara tidak manusiawi, mereka menyerang anak-anak dan perempuan, mereka membangun pemukiman di tanah milik orang, dan mereka melakukan embargo ekonomi.
"Akibat embargo ekonomi itu, pemerintah kami tidak bisa menggaji pegawai, menggaji guru, dan banyak lagi, karena itu persatuan itu penting. Saat ini, kami sedang merancang persatuan antara Hamas dan Fatah, tapi kami sadar sepenuhnya bahwa Israel tidak suka dengan persatuan itu, karena itu mereka melakukan berbagai cara untuk merusaknya," jelasnya.
Apalagi, Israel sudah mengetahui kemenangan bangsa Palestina di dunia dengan adanya pengakuan PBB atas Palestina dengan dukungan 139 negara dan hanya 8-9 negara yang tidak mendukung.
"Indonesia sangat berperan besar dalam hal itu, karena Indonesia tidak hanya bersuara, tapi juga bertindak melobi negara-negara Arab," ujarnya.
Oleh karena itu, Palestina pun mendapatkan kemenangan di Jalur Gaza dan tinggal selangkah lagi akan dapat mewujudkan persatuan di antara dua kelompok masyarakat Palestina, yakni Hamas dan Fatah.
"Itu akan terwujud sebentar lagi, karena negara-negara Eropa juga mendukung kami. Kami akan menyusun perangkat negara secara bersama antara Hamas dengan Fatah," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Dubes Palestina memuji semangat heroik masyarakat Surabaya. "Seperti kalian, kami akan terus berjuang agar bebas dari penjajahan. Sampai kemarin, kami terus diserang, tapi kami juga terus melawan. Korban sudah banyak, tapi mereka merupakan syuhada'. Kami akan terus bersabar dan bersatu dalam perjuangan," tuturnya.
Ia menilai pengakuan PBB terhadap Palestina, meski belum sampai pada pengakuan penuh sebagai negara, namun Palestina bukan lagi sebagai peninjau di PBB. "Hal itu merupakan berkat dari kesabaran, persatuan, dan pertolongan Allah SWT serta bantuan dari umat Islam se-dunia. Dunia sudah mendukung kami dan Indonesia memelopori dukungan itu," jelasnya.
Sementara itu, ulama dari Malaysia, Dr Abdul Halim bin Abdul Hamid, menegaskan bahwa dukungan dalam bentuk dinar dan dirham untuk bangsa Palestina itu penting, karena Israel sudah menggerogoti mereka dari aspek geografi dan juga ekonomi. "Dukungan ekonomi itu tak kalah pentingnya dengan dukungan politik," tandasnya.