REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemboman menargetkan kota Hazzeh timur di Damaskus menewaskan sedikitnya sembilan orang pada Ahad (13/1), termasuk sejumlah anak, kata pengamat, saat rezim Suriah menekankan serangannya terhadap pemberontak.
Pesawat-pesawat tempur juga memukul zona pemberontak di pinggiran Damaskus dan di provinsi utara Aleppo, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menambahkan. Akibatnya korban tewas menjadi 100 orang secara nasional pada Ahad, termasuk 14 anak-anak.
"Setidaknya sembilan warga sipil, banyak dari mereka anak-anak, tewas dalam penembakan di daerah Hazzeh Timur Ghuta," katanya, mengacu pada pinggiran timur ibu kota.
Direktur Observatorium Rami Abdel Rahman mengatakan kepada AFP, dia tidak dapat segera mengonfirmasikan berapa banyak anak-anak yang tewas dalam pemboman itu, tetapi "setidaknya dua dari korban berusia di bawah empat tahun."
Video amatir disiarkan di Internet oleh para aktivis berbasis di Hazzeh menunjukkan seorang pemuda membawa tubuh berlumuran darah seorang anak muda. Rekaman mengerikan, yang tidak bisa diverifikasi, juga menunjukkan korban lainnya berbaring di lumpur. Setidaknya dua dari mayat yang ditunjukkan adalah jenazah anak-anak.
Observatori mengatakan lebih dari 3.500 anak-anak telah tewas di Suriah sejak pemberontakan damai yang pecah pada Maret 2011 dan berubah menjadi pemberontakan bersenjata setelah tindakan keras oleh pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Pertempuran juga berkobar di dekat pangkalan satu brigade militer yang bertugas melindungi bandara Aleppo. Selanjutnya di utara Aazaz, dekat perbatasan Turki, 10 warga sipil tewas dalam serangan udara, kata Observatorium yang berbasis di Inggris itu.
Pengawas, yang bergantung pada jaringan aktivis, dokter dan pengacara di dalam wilayah Suriah, juga melaporkan bentrokan sengit antara pemberontak dan tentara di Daraya dan di kabupaten Barzeh di utara Damaskus.
Di Jaramana, pinggiran ibu kota dan rumah sebagian besar suku minoritas Druze serta Kristen, seorang pria tewas oleh tembakan meriam, sementara bentrokan sengit pecah di sekitar sebuah bangunan keamanan di kota terdekat, Mleha.
Kekerasan di sekitar ibu kota telah meningkat sejak militer meluncurkan serangan terhadap pemberontak yang pindah ke beberapa lingkungan penduduk pada Juli lalu. PBB mengatakan bahwa lebih dari 60 ribu orang telah tewas sejak pemberontakan pecah.