Senin 14 Jan 2013 17:04 WIB

Astaghfirullah, Pemerkosaan Jadi Senjata dalam Konflik Suriah

Anak pengungsi Suriah tidur hanya beralaskan sajadah
Foto: al-arabiya
Anak pengungsi Suriah tidur hanya beralaskan sajadah

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Pemerkosaan telah menjadi senjata perang yang "signifikan" di kawasan bergolak Suriah sejak Maret 2011.

Tingginya angka pemerkosaan menjadi faktor utama terjadinya eksodus pengungsi perempuan dan anak-anak Suriah ke negara-negara tetangga, seperti Yordania dan Lebanon.

Dalam laporan bertajuk "Suriah: Sebuah Krisis Kawasan", organisasi Internasional Rescue Committee (IRC) menyebut kasus pemerkosaan "sebagai hal yang signifikan dan mengganggu dalam perang sipil Suriah".

"Dalam tiga penilaian IRC di Lebanon dan Yordania, rakyat Suriah mengidentifikasi pemerkosaan sebagai alasan utama keluarga mereka meninggalkan negeri ini," kata laporan itu yang menyeru perhatian mendesak untuk masalah ini.

"Banyak perempuan dan anak perempuan menyampaikan bahwa mereka diserang di depan umum atau di rumah mereka, terutama oleh orang-orang bersenjata. Peristiwa pemerkosaan ini, kadang-kadang dilakukan oleh beberapa pelaku, sering terjadi di depan anggota keluarga mereka."

IRC juga melaporkan sejumlah serangan terhadap anak perempuan yang mana korbannya diculik, diperkosa, disiksa dan dibunuh.

Para penyintas Suriah jarang melaporkan kekerasan seksual karena "stigma dan norma sosial di sekitar mereka yang akan melekat pada perempuan dan anak perempuan korban perkosaan serta keluarga mereka," kata IRC.

Sebagian besar orang yang diwawancara oleh IRC mengatakan bahwa mereka mengkhawatirkan upaya balas dendam dari pelaku, dibunuh oleh anggota keluarga yang "malu", atau dalam kasus anak-anak perempuan, dinikahkan di usia dini "untuk menjaga kehormatan mereka," kata laporan itu.

IRC mengatakan korban yang melarikan diri terancam tidak memiliki akses pada bantuan kesehatan dan konseling, di samping "kondisi yang tidak aman di kamp pengungsi serta meningkatnya tingkat kekerasan dalam rumah tangga. "

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Jumat, mengatakan bahwa jumlah pengungsi Suriah yang terdaftar di negara-negara tetangga dan Afrika Utara sekarang lebih dari 600 ribu orang.

PBB mengatakan mereka memperkirakan jika jumlah pengungsi akan membengkak menjadi 1,1 juta pada bulan Juni jika perang terus berlangsung.

Di dalam negeri Suriah, lebih dari dua juta warga sipil yang mengungsi dan Amerika Serikat memperkirakan bahwa empat juta orang sangat membutuhkan bantuan, tambah IRC, yang juga memperingatkan jika krisis "akan menciptakan kondisi darurat kemanusiaan yang berlarut-larut."

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement