Selasa 15 Jan 2013 05:34 WIB

Pesawat Prancis Gempur Basis Militan Mali

Milisi Mali
Foto: AFP
Milisi Mali

REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Pesawat-pesawat tempur Prancis hari Senin (14/1) menggempur basis militan di kota Douentza, Mali tengah pada hari keempat ofensif terhadap kelompok garis keras yang menduduki wilayah utara negara itu.

"Pesawat-pesawat tempur berulang kali membom markas kelompok garis keras di Douentza. Tempat itu hancur namun militan tidak berada di sana," kata seorang warga yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Seorang pengusaha setempat mengatakan, tempat yang dibom berada di pintu masuk selatan menuju kota tersebut dan merupakan markas Gerakan Keesaan dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO), salah satu kelompok gerilya garis keras yang menguasai Mali utara. Semua militan melarikan diri dari kota itu hari ini (Senin), katanya.

Satu sumber keamanan daerah mengkonfirmasi serangan udara baru itu dan mengatakan, gempuran juga dilakukan "di daerah-daerah lain" di wilayah utara. Pada  Ahad (13/1), serangan dilancarkan di dekat kota itu, kata beberapa saksi, dan Prancis juga membom pangkalan gerilyawan di kota-kota utama Gao dan Kidal.

Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, Jumat (11/1) meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.

Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret lalu yang menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.

Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.

Rencana-rencana sedang dirampungkan untuk mengirim pasukan intervensi Afrika berkekuatan sekitar 3.300 prajurit untuk mengusir militan yang menguasai wilayah utara Mali, namun PBB masih berkeberatan dan memperingatkan bahwa penempatan itu mungkin baru bisa dilakukan September mendatang.

Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung Al Qaida di Maghribi Islam (AQIM), saat ini menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis.

Militan garis keras Ansar Dine (Pembela Iman) merupakan salah satu dari sejumlah kelompok terkait Al Qaida yang mengusai Mali utara di tengah kekosongan kekuasaan akibat kudeta militer pada 22 Maret di wilayah selatan.

Ansar Dine menguasai Timbuktu, sementara Gerakan Keesaan dan Jihad di Afrika Barat (MUJAO) memerintah Gao, kota besar lain di Mali utara. Kelompok-kelompok itu memberlakukan syariah di wilayah mereka dan berniat memperluas penerapan hukum Islam itu di kawasan lain Mali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement