REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL---Korea Selatan berniat menghapus kekerasan di olahraga daerah untuk perlindungan atlet yang lebih baik dan mendisiplinkan pelatih kasar, Selasa.
Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata akan melindungi atlet dari semua level melalui organisasi Pusat Hak dan Kepentingan Atlet yang berada di bawah naungan Komite Olimpiade Korea.
Organisasi tersebut akan menjadi tempat konseling dan membantu atlet yang menemui masalah baik itu atlet amatir atau profesional di negara itu.
Pemerintah juga akan meminta badan olahraga daerah agar tidak memberikan toleransi kepada pelatih yang kasar terhadap binaannya. Selain itu, Kementerian Korsel akan merekrut pihak independen yang bertugas melakukan investigasi dan memproses kedisiplinan kasus kekerasan atlet.
Kementerian yang menaungi budaya, olahraga dan pariwisata di Korsel itu akan segera mengenalkan peraturan yang bertujuan menghapus berbagai bentuk kekerasan.
Hasil temuan kekerasan akan dipublikasikan kepada khalayak setiap tahun dan apabila terdapat pusat latihan yang tidak patuh terancam tidak mendapatkan dana hibah dari pemerintah.
Kementerian itu juga akan membangun sistem pendaftaran yang lebih ketat untuk para pelatih sehingga aksi kekerasan instruktur tidak akan terjadi lagi karena terancam penalti. Selain itu, akan diberikan penghargaan kepada pelatih dengan kepemimpinan yang baik.
Peraturan yang akan dicanangkan itu dipicu oleh sejumlah aksi kekerasan tidak perlu yang masih sering terjadi dalam pelatihan olahraga tradisional di Korea Selatan.
Institut Studi Sains Olahraga dari Universitas Negeri Seoul melakukan poling kepada 898 atlet, 85 orang tua dan 66 pelatih dari 8 Oktober-26 November tahun lalu.
Berdasarkan studi tersebut, sebanyak 22,6 persen atlet mengalami kekerasan latihan untuk meningkatkan penampilan mereka atau naik dari 16,4 persen pada tahun 2010. Bahkan 46,7 persen orang tua megetahui anaknya mengalami kekerasan fisik tapi tidak melaporkan kejadian itu atau meningkat dari 45,5 persen di 2010.
Studi pada tahun 2012 menunjukkan atlet olahraga tim dua kali lebih rentan mengalami kekerasan fisik dan psikologis dibanding atlet olahraga individu, sedangkan atlet putra lebih banyak mengalami kekerasan dibanding putri.