REPUBLIKA.CO.ID, Karier politik Lisa Scaffidi dimulai sejak menjabat sebagai anggota dewan kota selama dua periode. "Para tetangga saya menilai, saya cukup baik mewakili suara mereka. Mereka mendorong saya ikut pemilihan wali kota Perth, dan ternyata saya menang," katanya.
Kemenangannya fenomenal. Lisa mendongkel petahana Peter Nattras setelah 12 tahun memimpin Perth. Di periode pertama, Lisa langsung menggebrak lewat realisasi dua proyek besar di Perth, yakni pengembangan wilayah tepi laut Perth (waterfront) dan Northbridge.
Dua proyek ini sudah direncanakan bertahun-tahun tapi tak pernah berhasil. Kesuksesan Lisa mendapat dukungan masyarakat, terutama generasi muda, dan pebisnis untuk menggabungkan dua wilayah ini lewat satu boulevard lebar dengan menimbun rel kereta.
Ide waterfront adalah keinginan pemerintah kota menyambungkan kawasan metropolitan, yang dibelah Sungai Angsa (Swan River). Sungai terpanjang di Australia ini akan dijadikan gerbang utama menuju kota. Penggabungan dua proyek itu, kata Lisa, mampu menyeimbangkan geliat Perth sebagai kota bisnis dan wisata. Saban tahun, Perth dikunjungi empat juta turis. Jumlah ini bahkan lebih banyak dari penduduk Perth yang 1,3 juta jiwa.
Kalau selesai nanti, Waterfront Perth akan menyediakan lebih dari 1.700 ruang permukiman, hotel, dan kantor pelayanan publik. Areal 150 ribu meter persegi tersedia untuk perkantoran. Sementara 39 ribu meter persegi menjadi pertokoan. Pemerintah Kota Perth menganggarkan 440 juta dolar AS untuk membiayai proyek ini.
Lisa juga terkenal dengan sikapnya yang tegas terhadap sampah dan toilet umum. Pertengahan tahun lalu, ia sempat sewot karena warga Perth atau turis tak bisa membuang sampah di tempat sampah. Sampah kaleng minuman sampai puntung rokok berserakan di taman dan perkantoran. Sementara toilet umumnya masih ada yang jorok. Sampai-sampai pengguna harus buang hajat dengan berdiri agar tak terkena kotoran.
Lisa mengajukan usulan agar ada petugas khusus yang menunggu di toilet tersebut. Namun, tidak ada anggaran khusus untuk itu. Lisa mengatakan, gaji para petugas toilet itu akan diambil dari uang pajak warga dan tambahan pajak belanja dari turis.
Bisa mengelola Kota Perth, bagaimana kalau Lisa mengelola kota lainnya? Inilah pertanyaan yang diajukan Andrew McD, warga Perth, kepada wali kotanya. Ia iseng-iseng mengusulkan Lisa menjadi wali kota di negara berkembang yang problemnya lebih kusut dari Perth. "Apakah Anda berani menjadi wali kota di Lagos (Nigeria) atau Karachi (Pakistan)?".
Lisa, dengan percaya diri, menjawab bisa. "Ya, saya mau. Saya bahkan bersedia bertukar tugas dengan wali kota dari kedua kota itu," katanya. Menurut dia, strategi mengelola kota seharusnya sederhana, yaitu bagaimana berkomunikasi dengan warga dengan baik. Namun, ia mengakui tiap kota memiliki karakter yang khas yang harus ditaklukkan. Perth, kali ini, takluk di tangan Lisa. WA Today/Citymayor.com/perthnow.com (berita selengkapnya dapat dilihat di Harian Republika edisi 15 Januari 2013).