Rabu 16 Jan 2013 13:29 WIB

Warga Tolak Penambahan Masjid di Australia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Dyah Ratna Meta Novi
Masjid di Australia/ilustrasi
Foto: theage.com.au
Masjid di Australia/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,MELBOURNE--Rencana komunitas Muslim Melbourne menambah jumlah masjid dinilai warga Australia disisipi agenda negatif. 

Pendeta Hoo You dari Kongregrasi Monash menilai warga berpikir seperti itu karena faktor sejarah mencatat ketika kejayaan Islam mencapai Eropa, hal pertama yang dibangun umat Islam adalah masjid. "Kami tidak tahu apa rencana komunitas Muslim. Jadi, kami sangat senang apabila mereka menyampaikan alasan untuk pengembangan masjid," kata dia seperti dikutip the age, Rabu (16/1).

Komunitas Muslim rencananya akan merenovasi dan memperluas masjid di dekat Universitas Monas, Timur Melbourne. Namun, warga menolak rencana itu karena panggilan adzan sangat menganggu mereka.

Ketua Jamaat Gereja Monash Bersatu, Richard Farell mengatakan, pihaknya khawatir pembangunan masjid nanti akan meningkatkan pelatihan jihad. "Opini macam ini memang sangat kuat. Dalam kasus  yang sangat ekstrim, jihad ini akan mendorong pembunuhan orang-orang kafir," katanya.

Secara terpisah, Asosiasi Islam Masjid Monash memastikan fungsi masjid tidak seperti opini yang terbentuk. Masjid murni difungsikan untuk pelaksanaan iman Islam seluruh Muslim. "Bagi kami, shalat itu wajib, doa itu penting. Dan kami perlu tempat untuk itu," kata Presiden Asosiasi Islam Masjid Monash, Mohammed Mohideen.

Menurut Mohideen, masjid yang dimiliki Universitas Monash terlalu kecil untuk memenuhi kebutuhan para jamaah termasuk mahasiswa internasional dan warga lokal. "Kami memuji pihak kampus yang memberikan tempat. Namun, kami mengharapkan adanya perluasan sehingga memastikan umat Islam dapat menjalani ibadahnya dnegan baik," katanya.

Pendeta Mark Lawrence, Sekjen Gereja Sinode Victoria-Tasmania Bersatu menyayangkan adanya opini negatif tersebut. Menurutnya, opini itu tidak sesuai dengan keinginan kuat gereja untuk berinteraksi dengan seluruh agama secara terhomat.

Sebelumnya, rencana pembangunan masjid di jalan Green Street, Doventon, memicu penolakan dari warga lokal. Selain karena letak posisinya di samping gereja, warga lokal berpendapat kehadiran masjid itu akan menimbulkan masalah kemacetan dan gangguan lainnya.

Merespon masalah itu, Konselor Rosalie Crestani menilai inti dari doktrin ajaran Islam adalah ideologi politik yang berusaha mengendalikan kehidupan pengikutnya, dan pada akhirnya berpengaruh pada lingkungan di sekitar mereka. "Ini tentu akan membuat orang-orang mengkritisi," kata dia.

Sementara itu, dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung beberapa waktu lalu, warga lokal menyatakan tempat tinggal mereka bukanlah Afganistan. "Kami mencintai Muslim tapi tidak menerima ajaran Alquran," kata para demonstran.

Direktur Dewan Islam Victoria, Nazeem Hussain optimis Dewan Kota akan memberikan pertimbangan yang baik terkait masalah ini. Apalagi, tujuan dari pembangunan masjid ini adalah mempromosikan semangat keberagaman. "Masjid ini nantinya akan terbuka bagi seluruh elemen masyarakat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement