Kamis 17 Jan 2013 20:49 WIB

30 Pekerja Aljazair Berhasil Kabur dari Penyanderaan

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, ALGIERS -- Sebanyak 30 pekerja Aljazair berhasil meloloskan diri dari penyanderaan di ladang minyak Ain Amenas, seperti dilansir kantor berita APS, Kamis (17/1).

Selain mereka, puluhan orang yang merupakan warga Barat juga menjadi korban penyanderaan kelompok ekstremis yang menyebut dirinya Katibat Moulathamine atau Brigade Bertopeng. Belum ada keterangan bagaimana pekerja tersebut bisa kabur.

Pasukan keamanan telah mengepung fasilitas minyak tersebut yang terletak di barat Aljazair. Kelompok pemberontak berhasil menguasai ladang minyak pada Rabu setelah membunuh seorang warga Inggris dan warga Aljazair. Aljazair mengatakan para ekstremis menyandera 20 warga asing. Sedangkan ekstremis memgklaim mereka memiliki 41 sandera.

Kelompok pemberontak mengatakan kepada media Mauritania bahwa mereka telah menyandera enam orang. Enam orang itu di antaranya adalah tiga orang berkebangsaan Norwegia, seorang warga Inggris dan seorang warga Amerika. Sebelumnya, pihak berwenang Aljazair menyebut warga Inggris, Jepang dan Norwegia menjadi korban penyanderaan.

Juru bicara kelompok yang dimotori Mokhtar Belmokhtar tersebut telah mengeluarkan daftar yang berisi sejumlah permintaan. Salah satunya meminta militer Perancis berhenti melakukan intervensi terhadap kelompok pemberontak di Mali.

Perusahaan minyak yang berpusat di Inggris, BP mengeluarkan pernyataan yang membenarkan sejumlah karyawannya telah ditangkap. Namun, tidak ada keterangan lebih rinci. BP beroperasi di Aljazair bekerja sama dengan perusahaan minyak milik Aljazair dan firma asal Norwegia, Statoil.

Menteri Dalam Negeri Aljazair, Daho Ould Kablia mengatakan kelompok ekstremis mendesak agar bisa meninggalkan negara itu bersama para sandera. Kablia secara terang-terangan menolak permintaan itu. "Kami menolak segala bentuk negosiasi dengan kelompok tersebut," katanya, Rabu malam (16/1).

Presiden Perancis Francois Hollande melancarkan operasi militer yang mengejutkan di Mali sejak Jumat pekan lalu. Operasi itu dimaksudkan untuk menghentikan aktivitas organisasi yang berkaitan dengan Al Qaeda dan kelompok ekstremis lain yang membahayakan dunia.

sumber : Reuters/ BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement