Jumat 18 Jan 2013 09:44 WIB

Prancis Kerahkan 1.400 Personel untuk Perang di Mali

Rep: Nur Aini/ Red: Heri Ruslan
 Tentara Prancis mengikuti pelatihan senjata di hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)
Tentara Prancis mengikuti pelatihan senjata di hanggar di pangkalan udara militer Mali di Bamako, Senin (14/1). (Reuters/Joe Penney)

REPUBLIKA.CO.ID,  PARIS -- Kementerian Pertahanan Prancis menyatakan pihaknya telah mengirim 1.400 tentara ke Mali. Pasukan itu akan melawan oposisi yang telah merebut wilayah utara negara Afrika Barat tersebut.

Sebanyak 600 tentara telah diberangkatkan ke Mali pada Rabu lalu. Menteri Pertahanan mengatakan jumlah tentara akan ditingkatkan hingga 2.500 orang.

Serangan tentara Prancis ke oposisi Mali meningkat di pusat kota Diabaly. Kota itu telah direbut pihak oposisi awal pekan ini.

PressTV melaporkan konvoi pasukan oposisi telah meninggalkan Diabaly menuju Banamba. Kota itu terletak sekitar 142 kilometer sebelah timur laut ibukota Bamako.

Prancis mengatakan pasukan darat sudah keluar dari pertempuran dan membatasi serangan udara. Pada 16 Januari lalu, tentara Prancis melancarkan serangan darat melawan pasukan oposisi Mali.

Prancis mengintervensi militer Mali pada 11 Januari. Mereka meluncurkan serangan udara dengan dalih untuk menghentikan serangan oposisi.

Kekacauan pecah di Mali setelah Presiden Amadou Toumani Toure digulingkan dalam kudeta militer pada 22 Maret 2012. Kudeta dilakukan karena pemerintah dinilai tidak mampu mengatasi serangan oposisi Tuareg di wilayah utara yang telah berlangsung selama dua bulan.

Meski demikian, Tuareg telah mengambil alih seluruh wilayah gurun utara. Tetapi, ekstremis Dine Ansar kemudian memukul mundur dan mengambil wilayah itu. Luas wilayah itu lebih besar dari Prancis atau Texas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement