REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Lebih dari 100 orang tewas dan sekitar 70 ribu lainnya mengungsi dalam bentrokan suku terbaru antara suku Arab Abballa Arab dan Bani Hussein di daerah Amir Jabel, negara bagian Darfur Utara, Sudan.
"Menurut angka pemerintah, diperkirakan 70.000 orang telah mengungsi dan lebih dari 100 lainnya tewas sejak bentrokan pecah," kata Misi PBB-Uni Afrika di Darfur (UNAMID) Kamis (17/1), seperti dilansir dari Xinhua, Jumat (18/1).
"UNAMID berkomitmen untuk terlibat dengan semua pemangku kepentingan guna mengatasi kebutuhan kemanusiaan saat ribuan warga sipil mengungsi di desa Saraf Omra, Darfur Utara, Kabkabya dan El Sereif," kata perwakilan Misi.
UNAMID mengerahkan tim, yang terdiri dari personil sipil, militer dan polisi, ke tiga daerah yang terkena bencana, kata pernyataan itu. Mereka menambahkan bahwa tim menemukan bukti perpindahan massa, termasuk yang mengungsi dari rumah mereka di desa-desa sekitar El Sereif. Perpindahan massa itu bersama dengan pekerja melarikan diri dari lokasi kerja di tambang emas Amir Jabel akibat pertempuran.
Sementara itu, Penjabat Wakil Khusus Bersama UNAMID dan Kepala Mediator Bersama, Aichatou Mindaoudou, mendesak semua pihak di wilayah itu untuk memudahkan pekerjaan misi. "Saya mendesak semua pihak untuk memungkinkan UNAMID, badan-badan PBB dan mitra kemanusiaan mereka diberi akses penuh ke seluruh area Darfur, sehingga populasi yang terkena dampak dapat menerima perlindungan dan bantuan yang diperlukan," kata Mindaoudou.
Dia mengatakan bahwa perlindungan masyarakat Darfur adalah di jantung mandat UNAMID itu. "Karena itulah mengapa kita berada di sini dan apa yang kita fokuskan pada setiap hari, sebagai upaya kita untuk meningkatkan kehidupan rakyat Darfur yang terjebak dalam konflik di seluruh wilayah."
UNAMID telah secara terlibat langsung dalam mengatasi dampak terbaru dalam bentrokan suku dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya di seluruh Darfur. Upaya ini termasuk rekonsiliasi yang luas dan kegiatan mediasi, peningkatan jumlah patroli keamanan harian ke daerah-daerah gawat, dan dukungan spektrum luas logistik kepada masyarakat kemanusiaan.