Ahad 20 Jan 2013 08:25 WIB

Sudan dan Sudan Selatan Tunda Ekspor Minyak

Rep: Nur Aini/ Red: Didi Purwadi
Sudan dan Sudan selatan
Sudan dan Sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID, ETHIOPIA -- Negosiasi antara Sudan dan Sudan Selatan gagal mencapai kesepakatan terkait penarikan pasukan dari perbatasan dalam pembicaraan di Ethiopia. Hal ini membuat keduanya menunda ekspor minyak mentah.

Konflik kedua negara itu memanas pada April 2012 karena masalah perbatasan sejak Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan pada 2011. Pemisahan itu berdasarkan kesepakatan pada 2005 yang mengakhiri perang keduanya sejak satu dekade sebelumnya.

Setelah dimediasi Uni Afrika, kedua negara tersebut setuju untuk membuat wilayah tanpa militer dan membuka akses ekspor bagi Sudan Selatan lewat Sudan. Minyak merupakan sumber utama pendapatan ekonomi keduanya. Namun, keduanya tidak menarik pasukan dari 2.000 km perbatasan karena saling tidak percaya setelah perang lama.

Uni Afika kembali mempertemukan Presiden Sudan, Omar Hassan al-Bashir, dan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dua pekan lalu di Ethiopia. Setelah satu pekan pembicaraan di Addis Ababa tentang wilayah perbatasan, kedua pihak membuat permintaan baru.

"Kami menghadapi kesulitan selama pembicaraan di Addis Ababa karena perubahan posisi Sudan Selatan ketika akan dicapai kesepakatan," ungkap Menter Pertahanan Sudan, Abdel-Rahim Mohammed Hussein. 

Pembicaraan keduanya ditunda hingga 13 Februari mendatang. Hussein mengatakan Sudan Selatan membuat permintaan baru untuk demiliterisasi wilayah perbatasan yang disebut Mile-14 dan tidak akan menarik dukungannya pada pihak oposisi Pemerintah Sudan.

Sudan menuduh Sudan Selatan mendukung Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan Utara (SPLM) yang berada di Kordofan Selatan dan Blue Nile, wilayah perbatasan kedua negara. Sudan Selatan membantah tuduhan ini. Sementara itu, Sudan Selatan menuduh Sudan telah menolak untuk menarik pasukannya dari perbatasan dan membuat permintaan baru terhadap Mile-14.

"Republik Sudan Selatan juga setuju untuk memproduksi minyak sesegera mungkin, tapi Sudan menolah memberi akses transportasi dan pengolahan hingga wilayah perbatasan beroperasi," ujar Sudan Selatan dalam sebuah pernyataan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement