REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Rusia mulai mengevakuasi warganya yang berada di Suriah. Dua pesawat dikirim ke Lebanon untuk memulai mengevakuasi warga Rusia.
Pengumuman tersebut diucapkan pemerintah Rusia, Senin (21/1), menyusul laporan aktivis antipemerintah yang melaporkan kekerasan yang terjadi di seluruh negeri, termasuk serangan udara di kota Beit Sahm yang berada di dekat bandar udara internasional Damaskus.
Para pejabat Rusia mengatakan, sekira 100 dari puluhan ribu warga Rusia di negara Suriah akan dievakuasi ke Lebanon dan dipulangkan ke Rusia dengan menggunakan pesawat.
Warga dipulangkan dari Lebanon lantaran pertempuran yang terjadi di dekat bandar udara di Damaskus memungkinkan bandara ini terlalu berbahaya untuk orang asing yang gunakan bandara itu untuk keluar dari Suriah. Para pejabat Rusia mengatakan, evakuasi ribuan warganya dari Suriah dapat dilakukan dengan jalur udara dan laut.
Satu skuadron kapal Angkatan Laut Rusia saat ini siaga di Mediterania untuk merencanakan latihan di dekat pantai Suriah akhir bulan ini. Para pejabat militer sebelumnya mengatakan bahwa latihan akan menyimulasikan pendaratan marinir dan mengambil warga dari pantai.
Rusia telah menjadi sekutu utama presiden Suriah Bashar Al Assad sejak konflik dimulai, sehingga Rusia menggunakan hak veto di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Suriah dari sanksi internasional. Namun baru-baru ini Rusia mulai menjauhkan diri dari Suriah. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa dia tidak melindungi Assad.
Di Riyadh, Arab Saudi, sekretaris jenderal Liga Arab, Nabil Elaraby, mengusulkan bahwa kepala negara yang berkumpul di sana yang sedang mengadakan pertemuan puncak ekonomi negara Arab untuk bertemu langsung dengan Dewan Keamanan (DK) PBB. Elaraby menyarankan DK PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Suriah dan membentuk pasukan pemantauan untuk memastikan pelaksanaan resolusi.