Selasa 22 Jan 2013 23:24 WIB

Irak Diguncang Serangan Bom, 17 Nyawa Melayang

The special detachment find some assembly bomb on the loecations of arrest. (illustration)
Foto: premisepunchtag.wordpress.com
The special detachment find some assembly bomb on the loecations of arrest. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Gelombang serangan bom di dan sekitar Bagdad dan Irak utara menewaskan 17 orang dan mencederai puluhan orang lain pada Selasa, merusak keadaan relatif tenang setelah serangkaian serangan mematikan pada pekan lalu.

Kekerasan itu terjadi saat krisis politik antara Perdana Menteri al-Maliki dengan beberapa mitra pemerintahnya dan lebih dari sepekan protes anti-pemeritnah di daerah berpenduduk mayoritas Sunni, yang menentang keras pemerintah pimpinan Syiah itu.

Ledakan paling banyak menimbulkan korban jiwa menghantam satu pos pemeriksaan tentara Irak selatan Baghdad, satu pangkalan militer utara ibu kota itu dan satu permukiman yang berpenduduk mayoritas Syiah di utara kota itu, kata para pejabat keamanan dan medis.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, tetapi para anggota kelompok garis keras Sunni sering melancarkan serangan dalam usaha untuk menumbangkan pemerintah dan mendorong Irak kembali ke aksi kekerasan sektarian yang memuncak dari tahun 2005 sampai 2008.

 

Dalam serangan paling berdarah, enam orang tewas ketika satu bom mobil meledak dekat satu kamp militer di kota Taji, 25km utara Baghdad, kata seorang perwira militer dan seorang dokter. Setidaknya 20 orang lainnya cedera.

Di selatan ibu kota itu, di kota Mahmudiyah, setidaknya lima orang tewas dan 14 orang lainnya cedera akibat satu bom mobil bunuh diri, kata para pejabat.

Mahmudiyah terletak di daerah yang dikenal sebagai 'Segi Tiga Maut' karena sering terjadi serangan-serangan pemberontak selama pemberontakan terburuk Irak tidak lama setelah invasi pimpinan AS.

Satu bom mobil dekat satu pasar di daerah permukimanan Shuala, Baghdad utara menewaskan lima orang dan mencederai 12 orang lainnya, sementara empat tembakan dan ledakan bom di provinsi Diyala menewaskan seorang milisi anti-Alqaidah dan setidaknya enam orang lainnya cedera.

Enam personil keamanan Kurdi juga cedera akibat bom pinggir jalan di kota Tuz Khurmatu, Irak utara. Kekerasan itu terjadi setelah empat hari relatif tenang di Irak setelah serangkaian serangan yang diklaim oleh kelompok garis depan Al Qaida "Negara Islam Irak" yang menewaskan setidaknya 88 orang pada 15-17 Januari, kata data AFP.

Kelompok garis keras itu melemah ketimbang pada puncak pertumpahan darah sektarian dari tahun 2006 sampai 2008, tetapi masih dapat melancarkan serangan yang banyak menimbulkan korban.

Krisis politik Irak melibatkan Maliki dan sejumlah menterinya yang menuduh dia otoriter dan sektarisme hanya beberapa bulan menjelang pemilihan penting di provinsi-provinsi.

Beberapa pekan unjuk rasa anti-pemerintah di daerah-daerah mayoritas berpenduduk warga Arab Sunni, didukung partai-partai yang jadi anggota kabinet persatuan Maliki,meningkatkan desakan mereka agar perdana menteri itu mundur.

Kekerasan dan konflik-konflik politik terjadi selama hampir tiga bulan sebelum pemilu di provinsi-provinsi,pemilu pertama dalam tiga tahun dan satu barometer untuk menguji popularitas Maliki dan para pesaingnya. 

sumber : Antara/ AFP

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement