REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mengatakan anggota kerajaan Inggris Pangeran Harry mungkin memiliki gangguan mental. Pernyataan Taliban tersebut mengemuka lantaran Harry menyatakan penembakan terhadap kelompok gerilyawan tak ubahnya seperti bermain video game.
"Ada 49 negara lain dengan militernya yang kuat mengalami kekalahan saat berhadapan dengan para mujahidin. Dan pangeran ini datang lalu membandingkannya dengan game, PlayStation atau apapun namanya itu," ujar Juru Bicara Taliban Zabiullah Mujahid, Selasa (22/1).
Pangeran Harry mengakui telah menembak seorang gerilyawan Afghanistan dalam sebuah serangan mendadak terhadap Taliban. Hal tersebut dilakukannya dalam tugas keduanya selama lima bulan di Afghanistan sebagai seorang penembak di helikopter serang Apache.
Ia menekankan, kalau mereka menembak hanya ketika memang harus melakukannya. "Kami menembak ketika kami harus melakukannya, membunuh seorang untuk menyelamatkan hidup seorang yang lain," ungkap salah satu pewaris tahta Kerajaan Inggris itu.
Pangeran Harry pertama kali tiba di garis depan Helmand antara 2007 hingga 2008. Ia bertugas sebagai Forward Air Controller untuk pasukan NATO. Ia juga menjadi anggota kerajaan Inggris pertama yang terlibat pertempuran sejak pamannya Pangeran Andrew menerbangkan helikopter selama Perang Falklands pada 1982.