Ahad 27 Jan 2013 17:07 WIB

Mesir Kembali Rusuh

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Fernan Rahadi
Para fans klub sepak bola Al-Ahly merayakan putusan pengadilan yang memberikan vonis mati kepada 21 orang pada aksi kekerasan di stadion tahun lalu yang menyebabkan 74 orang tewas.
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Para fans klub sepak bola Al-Ahly merayakan putusan pengadilan yang memberikan vonis mati kepada 21 orang pada aksi kekerasan di stadion tahun lalu yang menyebabkan 74 orang tewas.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT SAID -- Bentrokan antara warga sipil dan tentara keamanan kembali mewarnai pemerintahan Presiden Mesir, Muhammad Mursi.

Sedikitnya 32 orang tewas, dua diantaranya adalah polisi. Bentrokan terjadi setelah Pengadilan di Port Said menjatuhkan vonis mati bagi 21 tersangka kerusuhan sepak bola tahun lalu.

Keluarga korban mengaku puas dengan putusan pengadilan. Tetapi putusan tersebut membuat pendukung terdakwa marah. Mereka pun mengepung persidangan.

BBC News mengatakan dua polisi ditembak mati saat mencoba mengahalangi massa. Massa sempat membakar penjara kota tempat terdakwa ditahan dan gedung keamanan. Polisi dibantu militer menghalau, dan membubarkan massa dengan gas air mata.

Sementara itu Aljazirah menambahkan adanya beberapa penyerang yang menggunakan senjata otomatis.

Reuters melansir kota di sebelah timur laut Ibu Kota Kairo itu lumpuh. Kendaraan lapis baja dan satuan Polisi Militer menutup semua akses masuk ke kota pesisir itu. Keamanan juga menerapkan jam malam sejak Sabtu (26/1) dini hari waktu setempat.

Bentrokan ini adalah buntut dari kericuhan yang terjadi setahun lalu. Bentrok antar suporter pecah usai tim tuan rumah Al-Masry menaklukan tamunya, Al-Ahly, 3-1. Sedikitnya 74 orang dikabarkan tewas dalam tragedi Februari 2012 itu.

Suporter tuan rumah menyerang pemain dan suporter tamu usai pertandingan. Pendukung Al-Masry terprovokasi dengan aksi suporter tamu. Sebuah spanduk raksasa dikatakan telah menyinggung pendukung tim tuan rumah.

Tragedi tersebut menyulut amarah warga di kota-kota lain. Warga ibu kota menuding aparat keamanan sengaja membiarkan keributan mematikan itu. Akibatnya, kerusuhan menjalar ke wilayah Suez dan di 12 kota besar lainnya, termasuk di Ibu Kota, Kairo.

Dua kota terakhir adalah basis Al-Ahly. Mereka menuntut kepolisian bertanggung jawab. Sebagian besar korban kerusuhan adalah bagian dari massa aksi revolusioner yang hendak menggulingkan rezim militer di negara tersebut. Sedangkan polisi menetapkan sebanyak 73 tersangka dalam kerusuhan tersebut.

Bentrokan kali ini dianggap sebagai yang terparah sejak tumbangnya Presiden Husni Mubarak dua tahun lalu.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement