REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Iran menyangkal laporan media yang menyebutkan terjadi ledakan hebat di salah satu fasilitas pengayaan uranium.
Sejumlah media Israel dan Barat menyebutkan terjadi ledakan di bunker bawah tanah Fordow dekat kota Qom.
Laporan itu dinilai sebagai bentuk propaganda Barat untuk mempengaruhi negosiasi nuklir berikutnya. Hingga kini Reuters, belum mampu memverifikasi laporan tersebut.
Iran menuduh Israel dan AS berada di belakang penyerangan dan pembunuhan para ilmuwan nuklir Iran. Pembunuhan tersebut bertujuan mensabotase program nuklir yang dikembangkan Iran.
"Berita palsu tersebut merupakan propaganda Barat," tulis kantor berita Iran IRNA mengutip pernyataan Wakil Kepala Organisasi Energi Atom Iran Saeed Shamseddin Bar Broudi, Ahad pekan lalu.
Laporan IRNA juga mengutip penyataan Kepala Keamanan Parlemen Nasional dan Komite Urusan Luar Negeri, Alaeddin Boroujerdi
Diplomat Barat menyebutkan fasilitas nuklir Fordow memproduksi pengayaan uranium hingga 20 persen pada 2011. Situs itu juga mengoperasikan 700 sentrifugal sejak Januari 2013.
Barat khawatir pengayaan tingkat tinggi tersebut menjadi langkah signifikan Iran dalam pengembangan senjata nuklirnya.
Negeri Para Mullah berkali-kali menegaskan mengembangkan nuklirnya untuk tujuan damai. Namun, Barat terus menuding Iran mengembangkan senjata nuklir karena merasa terancam.
Kedua pihak dijadwalkan akan bertemu dan bernegosiasi dalam beberapa pekan ke depan, tapi belum jelas kapan tepatnya.