Senin 28 Jan 2013 18:12 WIB

Iran Siap Bantu Pengungsi Suriah di Yordania

Seorang pekerja Yordania melintasi kemah penampungan pertama yang telah dipersiapkan untuk menampung pengungsi Suriah di wilayah Zataari, dekat perbatasan Suriah-Jordan (29/7).
Foto: AP
Seorang pekerja Yordania melintasi kemah penampungan pertama yang telah dipersiapkan untuk menampung pengungsi Suriah di wilayah Zataari, dekat perbatasan Suriah-Jordan (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir Abdollahian, kemarin, di Yordania mengatakan bahwa negaranya siap memberi bantuan bagi puluhan ribu pengungsi Suriah, yang kini tinggal di kerajaan itu.

"Saya bertemu dengan Menteri Luar Negeri Nasser Judeh dan membahas tawaran Iran menyediakan bantuan bagi pengungsi Suriah di Yordania serta perbatasan Suriah dan Libanon," kata Abdollahian di Amman, seperti dilansir AFP, Senin (28/1).

Yordania mengatakan bahwa pihaknya menampung lebih dari 300 ribu pengungsi Suriah, sementara Badan PBB urusan Pengungsi UNHCR memperkirakan sekitar 200 ribu pengungsi ada di Lebanon. PBB telah memprediksikan jumlah pengungsi Suriah di negara-negara tetangga akan meningkat dua kali lipat menjadi 1,1 juta orang pada Juni jika konflik Suriah yang telah berlangsung 22 bulan dan menewaskan lebih dari 60 ribu orang itu tidak berhenti.

Badan pengungsi PBB mengatakan pada Jumat bahwa lebih dari 6.400 pengungsi Suriah telah meninggalkan negaranya. Hal itu menyusul peningkatan aksi kekerasan di kamp Zaatari Jordan dalam 24 jam terakhir. Kamp tersebut menampung lebih dari 30 ribu pengungsi sejak awal bulan ini.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran juga meminta diakhirinya kekerasan di Suriah. Dia mengatakan bahwa satu dialog nasional diperlukan untuk memuluskan jalan guna terbentuknya sebuah pemerintahan komprehensif, menurut terjemahan bahasa Arab dari pernyataannya yang diberikan dalam bahasa Farsi.

"Ini adalah solusi terbaik," kata Abdollahian, seraya memperingatkan terhadap adanya intervensi asing untuk memaksakan perubahan di Suriah.

Iran dengan kukuh mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad sejak terjadinya pemberontakan anti-rezim pada Maret 2011, dan menyebut kelompok oposisi Suriah sebagai "teroris" yang didukung oleh negara-negara barat dan Arab.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement