REPUBLIKA.CO.ID, ARIZONA -- Tragedi penembakan di Amerika Serikat menjadi teror yang terus terulang. Setelah serangkaian insiden penembakan di sekolah, kompleks bisnis juga menjadi sasaran pria bersenjata.
Satu orang tewas dan dua orang lainnya terluka dalam penembakan di sebuah kompleks bisnis di Arizona, AS, Rabu (30/1) waktu setempat.
Petugas Hubungan Masyarakat Kepolisian Phoenix, James Holmes mengatakan korban tewas dalam penembakan tersebut adalah Steven Singer yang berusia 48 tahun. Ia meninggal di rumah sakit beberapa jam setelah insiden penembakan yang dilaporkan terjadi pada pukul 10.30 waktu setempat.
Singer merupakan CEO Perusahaan Fusion Cantact Centers sedang menghadiri mediasi di sebuah perusahaan hukum di sebuah gedung kantor. Polisi mengatakan masih ada dua orang korban terluka dalam penembakan itu.
Polisi mengidentifikasi penyerang dalam insiden tersebut adalah Arthur George Harmon, kakek 72 tahun. Harmon datang ke lokasi kejadian dengan mobil putih dan melepaskan tembakan pada seorang saksi yang mengejarnya.
Jim Fink, tetangga Harmon, mengatakan pria tua itu baru-baru ini terlibat dalam gugatan bisnis. Pria tua tersebut yakin akan memenangkan kasus. "Dia adalah tetangga yang baik, " katanya dikutip PressTv, Kamis (31/1).
Inisiden itu terjadi di tengah kekhawatiran penembakan massal yang berkembang di AS. Pada 14 Desember 2012, pria berusia 20 tahun menembak mati 20 siswa SD dan ibunya sendiri. Insiden itu juga menewaskan 6 dewasa lainnya.
Setiap tahun lebih dari 30 ribu orang ditembak di AS. Rata-rata kematian karena senjata mencapai 87 kasus per hari dan 183 orang terluka. sekitar 4,5 juta senjata api dijual tiap tahun di AS.