REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Aksi mendukung pengawasan senjata api di Amerika Serikat (AS) terus bergulir. Mantan Anggota Kongres dari Partai Republik Gabrielle Giffords, menyerukan agar parlemen bertindak cepat dan berani mengontrol alat pembunuh itu.
''Amerika mengandalkan anda,'' kata perempuan 40 tahun ini, seperti dilansir Associated Press, Kamis (31/1). Gabby begitu dia disapa, mengatakan penyesalannya dengan perpecahan politik di Capitol Hill mengenai perlindungan terhadap warga sipil.
Menurut dia, situasi di AS sekarang memaksa perlunya pengendalian kepimilikan senpi. Korban hidup dari tragedi penembakan 2011 ini menuding beberapa kelompok di parlemen dan penentu kebijakan sebagai pecundang. Ungkapan itu terucap lantaran ketidaksanggupan parlemen menggilas kepentingan kelompok lobi persenjataan.
Kanal berita Aljazirah menayangkan sebuah video berdurasi singkat pidato Gabby di hadapan sidang kongres di Washington, Rabu (30/1). Dengan nada emosi dia menghardik perlawanan Partai Republik yang hendak menggagalkan adanya regulasi pengetatan kepemilikan senpi.
Kata dia, pengaturan itu bukanlah ranah politik. ''Ini adalah percakapan penting untuk (melindungi) anak-anak kita. Untuk Demokrat dan Republik,'' ujar dia.
Paman Sam dikejutkan dengan maraknya aksi penembakan brutal yang terjadi di AS beberapa tahun belakangan. Gabby adalah salah satu korban selamat dari penembakan brutal, yang dilakukan Jared Loughner. Jared menembakkan peluru ke bagian kepala Gabby saat reses dua tahun silam. Enam orang tewas (termasuk seorang hakim dan gadis 16 tahun), dalam tragedi di Tucson, Arizona pada awal 2011 itu.
Insiden penembakan juga dilakukan seorang mahasiswa kedokteran bernama James Eagen Holmes. Holmes atau terkenal dengan The Joker menewaskan 12 orang di sebuah bioskop, di Aurora, Colorado, pada 2012.
Ditahun yang sama, tujuh orang tewas dalam penembakan brutal di Kuil Sikh di Wisconsin, Kota Oak Creek, Milwaukee. Banyak rangkaian aksi penembakan brutal dan acak lainnya yang terjadi di AS. Dikatakan hampir setiap hari rangkaian aksi tersebut terjadi.
Terakhir, tragedi Sandy Hook menyita perhatian internasional. Gedung Putih mengutuk tewasnya 20 siswa sekolah dasar, dan enam orang guru di Newtown, Connecticut saat penghujung tahun 2012 itu.
Pemerintahan Presiden Barack Obama meyakini, rangkaian aksi tersebut lantaran bebasnya kepemilikan senpi. Obama membentuk satuan tugas (satgas) untuk kembali mengundangkan regulasi kontrol senjata pernah sejak 1994. Namun sudah tidak lagi berlaku mulai 2004 lalu.