Kamis 31 Jan 2013 16:26 WIB

Peretas Cina Susupi New York Times 4 Bulan

Rep: Nur Aini/ Red: Dewi Mardiani
Hacker (ilustrasi)
Foto: ui.ac.id
Hacker (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Peretas asal Cina dilaporkan telah menyusup ke New York Times selama 4 bulan secara terus menerus. Serangan itu bertepatan dengan keluarnya sebuah laporan tentang kekayaan keluarga Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao, yang mencapai miliaran dolar.

Para peretas menggunakan metode seperti militer Cina yang menarget email dari penulis laporan tersebut. Padahal, Menteri Pertahanan Cina mengatakan, meretas laporan tersebut merupakan tindakan ilegal.

Menurut surat kabar itu, peretas pertama masuk ke dalam sistem komputer pada September ketika laporan terkait Wen hampir selesai. Laporan tersebut dihentikan pemerintah Cina dengan kesepakatan bisnis senilai 2,7 miliar dolar AS. Laporan itu juga tidak menuduh Perdana Menteri Cina melakukan kesalahan.

BBC menulis Cina sangat sensitif terhadap laporan tentang pemimpinnya, terutama terkait kekayaan mereka. New York Times mengatakan, peretas fokus pada komputer David Barboza, kepala biro di Shanghai yang menulis laporan tersebut, serta salah seorang pendahulunya, Jim Yardley,

Perusahaan keamanan internet, Mardiant yang disewa surat kabar tersebut melacak serangan peretas. Mereka melaporkan peretas telah diketahui gerakannya selama empat bulan terakhir untuk melihat pola dan bisa diblokir.

Para peretas telah menginstal malware yang membuat mereka mampu mengakses komputer dalam jaringan New York Times. Mereka mencuri password setiap karyawan dan mengakses 53 komputer individu yang sebagian besar di luar kantor Times.

Untuk menyembunyikan serangan, saluran dihubungkan melalui komputer di universitas AS. Media tersebut menemukan serangan mulai dari komputer universitas yang digunakan oleh militer Cina untuk menyerang kontraktor militer AS di masa lalu.

Mereka menemukan peretas mulai bekerja pada pukul 08.00 waktu Beijing. Surat kabar itu mengatakan tidak ada data pribadi staf atau pelanggan yang dicuri. Mereka juga mengatakan tidak ada upaya untuk menutup situsnya.

"Mereka bisa mendatangkan malapetaka pada sistem kami. Mereka mencari orang yang menyediakan informasi kepada Barboza, " ungkap kepala informasi, Marc Frons.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement