REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA--Menjelang lawatan ke Mesir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan negara itu menjelaskan nasib kelanjutkan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja sama Islam di Kairo. "Jelaskan tentang situasi dan kondisinya," kata Presiden SBY, di Monrovia, Liberia, Jumat (1/2).
Maklum saja kondisi Mesir pascareferendum dinilai tidak stabil sementara negara itu akan menjadi tuan rumah KTT OKI pada 2-7 Februari. Salah satu pertemuan penting tingkat dunia itu bakal dihadiri 57 kepala pemerintahan dan kepala negera.
Hingga kini, Mesir masih terus diguncang demonstrasi besar-besaran menentang pemerintahan Presiden Muhammad Mursi. Saat ini pun tiga provinsi dinyatakan dalam kondisi bahaya. Meski Kairo yang bakal menjadi lokasi KTT tidak termasuk di antaranya.
Sebelum tiba di Kairo, Presiden SBY melakukan kunjungan kenegaraan ke Liberia untuk mengikuti pertemuan High Level Panel Development Agenda Post-2015. Lalu masih dalam rangkaian lawatan ke luar negeri, Presiden akan mengunjungi Nigeria selama dua hari dan melakukan ibadah umroh ke Arab saudi sesudahnya, sebelum bertolak ke Mesir.
Presiden menuturkan, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa terus memantau kondisi di Mesir. Ia berharap Kairo benar-benar kondusif untuk menghelat pertemuan tersebut. "Hingga kini saya belum menerima kabar mengenai penundaan atau pembatalan KTT," ungkap Presiden.
Hanya saja ia terus menganalisa kondisi di Mesir dan mempersiapkan diri seandainya peristiwa serupa di Bangkok, Thailand terulang lagi. Saat itu Thailand menyatakan siap menggelar pertemuan KTT ASEAN dan tak mengumumkan pengubahan jadwal, meski negaranya tengah diguncang demonstrasi kaos merah.
Namun karena Bangkok tak kondusif pertemuan pun harus dialihkan ke Pattaya. Ternyata demonstran juga mengepung bandara sehingga para tamu negara tak bisa pula mendarat di Pattaya. "Begitulah politik. Segala kemungkinan bisa terjadi," ujarnya.
Bila itu terjadi pada Mesir sehingga KTT OKI ditunda, Presiden bisa memahami. "Ada tenggang rasa," ujarnya.