REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Warga dan pegiat Palestina pada Sabtu meninggalkan secara damai kamp baru dekat desa Tepi Barat, setelah usaha ketiga protes terhadap permukiman Yahudi.
Saksi mengatakan tentara menggunakan gas airmata dan tindakan keras untuk mengusir ratusan orang, yang mendirikan empat kamp sementara dan tiga tenda di dekat Burin, selatan Nablus di Tepi Barat bagian utara.
Koresponden itu menambahkan bahwa para wartawan juga secara damai meninggalkan lokasi itu. Ia mengatakan tentara melakukan penahanan, tetapi tidak tahu apakah ada yang cedera.
Seorang juru bicara militer tidak tahu mengenai pengusira itu, tetapi mengatakan ada "satu tindakan keras dan kerusuhan terjadi dekat Burin. Sekitar 150 warga Palestina berkumpul dan melemparkan batu ke tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel), yang menanggapinya dengan tindakan-tindakan balasan yang keras."
Sebelumnya pada hari itu, penduduk dan para aktivis membangun apa yang mereka sebut "perkampungan... Al-Manatir," kata aktivis Abir Kopty kepada AFP.
Menurut Kopty, nama itu berati "pondok batu tradisional Palestina yang dibangun di tanah-tanah pertanian mereka, yang digunakan sebagai pondok bagi penjaga ladang-ladang."
"Burin kehilangan banyak tanahnya untuk pembangunan permukiman di sekitarnya, Har Bracha dan lain-lainnya, dan adalah sasaran serangan terhadap para pemukim dan orang-orang lainnya," katanya.
Dia menyatakan para pemukim melemparkan batu ke penduduk desa dan para aktivis dari jauh ke lokasi sebelum tentara terlibat.
Koresponden itu mengatakan setelah kepergian para warga Palestina itu, salah satu dari bangunan-banguan itu dibawa oleh satu kelompok mereka.
Seorang perwira militer Israel mengancam juru foto AFP Jaafar Ashtye ketika memotret kejadian-kejadian Sabtu itu bahwa ia akan ditangkap di rumahnya Jumat malam.
Seorang juru bicara militer menanggapi satu telepon AFP mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan seperti itu tidak layak, dan ia akan menyelidiki tuduhan itu.
Kopty mengatakan kamp itu terletak di tanah desa Burin. Dia juga menyatakana bahwa ada "kegiatan-kegiatan kecil di sini dan di sana, tetapi ini adalah yang besar ketiga " aksi semperti itu.
Pada Januari, para warga Palstina mendirikan 24 tenda di tanah yang disengketakan di pinggiran timur Jerusalem, bernama Bab al-Shams atau Gerbang Matahari, dalam usaha-usaha menarik perhatian internasional pada rencana Israel untuk membangun permukiman di daerah yang dikenala sebagai E1.
Pada bulan itu juga, para aktivis mendirikan kamp empat tenda dan satu bangunan yang sedang dikerjakan untuk mmemprotes niat Israel menyita tanah dekat Beit Iksa barat laut Jersusalem, bernama Bab al-Karama atau "Grbang Martabat."
Kedua kamp itu kemudian disingkirkan oleh militer Israel yang menguasai bagian-bagian Tepi Barat ini.