Senin 04 Feb 2013 07:30 WIB

Tangkal Serangan Suriah, Israel Pertimbangkan Zona Penyangga

Bendera Israel. Ilustrasi
Foto: Antara
Bendera Israel. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel mempertimbangkan pembentukan zona penyangga di dalam wilayah Suriah  guna mempertahankan dirinya dari kaum jihadis "setelah jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad."

Demikian dilaporkan The Sunday Times, Ahad (3/2), dengan mengutip sumber yang dekat dengan para perencana militer.

"Kami mengajukan kepada Perdana Menteri (Benjamin Netanyahu) rencana menyeluruh untuk melindungi perbatasan setelah, atau barangkali sebelum, jatuhnya rejim (Bashar) al-Assad," kata satu sumber kepada mingguan tersebut.

"Zona penyangga yang didirikan melalui kerja sama dengan warga desa setempat berada di tengah rencana ini. Jika Suriah tetap tak stabil, kami mungkin harus berada di sana selama bertahun-tahun," kata sumber itu.

Menurut laporan tersebut, rencana itu menyerukan pembentukan jalur zona yang membentang sepanjang 16 kilometer di Dataran Tinggi Golan, daerah yang direbut Israel dalam Perang 1967. Pada tahap awal, dua brigade infantri Israel dan satu batalion tank akan ditempatkan di dalam wilayah Suriah.

Meskipun rencana itu sedang dipertimbangkan, militer Israel telah meningkatkan kegiatan yang dimulai tahun lalu lewat pembangunan pagar baru berteknologi canggih di sepanjang perbatasannya, demikian laporan Xinhua.

Penghalang tersebut, yang dijuluki "pagar keamanan paling canggih di dunia", direncanakan menggunakan sensor dan detektor yang secara otomatis memantulkan data ke pusat kendali berkomputer serta menyiagakan operator terhadap kegiatan yang mencurigakan, termasuk cuaca ekstrem, kata hari Ma'ariv, Ahad.

Sembilan dari jalur sepanjang 70 kilometer yang terdiri atas pagar logam setinggi enam meter, dan proyek itu dijadwalkan selesai pada pertengahan 2014, kata surat kabar tersebut.

Pada awal Januari, Netanyahu mengatakan proyek bernilai 70 juta dolar AS itu bertujuan meniru keberhasilan pagar perbatasan yang diselesaikan belum lama ini di sepanjang perbatasan Israel barat dengan Mesir.

"Kami tahu bahwa di bagian lain perbatasan hari ini, militer Suriah telah menjauh, dan kekuatan Jihad global telah mengisi tempat tiu," kata Netanyahu kepada menteri kabinetnya, dengan alasan ketidak-stabilan yang meningkat di Suriah.

Pada Sabtu (2/2), satu orang tewas dan satu orang lagi cedera, ketika satu bom pinggir jalan meledak di daerah Al-Hijaz di jantung Ibu Kota Suriah, Damaskus, demikian laporan media lokal.

Di tempat lain Damaskus pada hari yang sama, satu bahan peledak yang dipasang di bawah mobil meledak di Daerah Ash-Shagour di bagian tengah kota tersebut, melukai pengemudi mobil dan mengakibatkan kerusakan material.

Ledakan dan serangan telah menjadi peristiwa sehari-hari di Suriah, yang dirongrong 22 bulan krisis --yang menewaskan lebih dari 60.000 orang, di tengah upaya perdamaian yang berlangsung.

Sementara itu sanksi ekonomi seluruh dunia atas Damaskus telah membebani ekonomi Suriah, mengakibatkan kerugian tak kurang dari 48,4 miliar dolar AS dan membuat 900 ribu orang lagi terperosok ke dalam kemiskinan, kata satu laporan belum lama ini.

Laporan itu, yang dikeluarkan 'Syrian Center for Policy Research', mengungkapkan rakyat Suriah menanggung beban sanksi Barat atas negara mereka.

sumber : Antara/ Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement