REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) memperkuat hubungan keamanan kedua negara. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, setuju mendukung Seoul dari ancaman nuklir Korea Utara. Kedua negara setuju dan perlunya sanksi yang lebih berat terhadap rezim di Pyongyang.
''Ada kesepakatan (antara AS dan Korsel) terkait tindakan provokatif Korut,'' kata Kerry, melalui Juru Bicara Kemenlu, Victoria Nuland, Senin (4/2), dan dilansir Associated Press, Selasa (5/2).
Kata dia, kesepakatan tersebut seputar langkah matang untuk rezim di Pyongyang. Pernyataan Kerry adalah salah satu kebijakan luar negeri pertamanya semenjak dirinya menggantikan Hillary Rodham Clinton. Menurut dia, kerja sama AS dengan Korsel menyangkut semua bidang. Termasuk militer dan pertahanan.
Kerry sengaja bercakap via telepon dengan Menlu Korsel Kim Sung-hwan. Percakapan memastikan keberpihakan AS terhadap Korsel. Kata dia, nuklir Korut harus dapat dicegah. Bahkan jika perlu dengan memberikan sanksi yang lebih tepat.
Korut mengancam akan menyerang Korsel lantaran mendukung pemberian sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK-PBB) atas uji coba roket jarak jauhnya beberapa waktu lalu. Korut tidak jera, AS juga menjadi bahan amukan Dinasti Kim Jong-un lantaran sanksi tersebut. Korut mengancam akan menerbangkan roket jarak jauhnya kembali. Bahkan, Korut mengatakan akan melakukan uji coba nuklir yang mampu mendarat di daratan AS.
Presiden Korsel, Lee Myung-bak mengatakan kecewa dengan amukan Korut kali ini. Kepada surat kabar di Seoul, Chosun Ilbo, yang dipublikasikan Selasa (5/2), presiden mengatakan ancaman tersebut tampaknya serius. Lee adalah presiden yang baru saja terpilih.
Di New York, Duta Besar Korsel di PBB, Kim Sook, mengharapkan DK PBB melanjutkan tindakan tegas terhadap negara serumpunnya itu. Kata dia, Korsel dalam kondisi terancam diserang. ''Uji coba nuklir itu pasti segera dilakukan. PBB harus tegas melihat,'' kata dia, seperti dilansir Reuters, Selasa (5/2).
Permintaan Korsel ternyata terkabul. Pasukan AS di kawasan Asia Pasifik merapat ke Semenanjung Korea saat Senin (4/2). Kepala Staf Militer di Seoul mengatakan, kedatangan pasukan kawan itu adalah untuk latihan perang. Latihan dilakukan selama tiga hari. Dia menolak latihan bersama kali ini untuk menanggapi ancaman Korut. Kata dia, latihan kali ini sudah terjadwal sebelum ancaman itu datang.