Rabu 06 Feb 2013 23:39 WIB

Jerman Tolak Seruan Prancis Kelola Kurs Euro

Euro
Foto: Hend Funds Blogger
Euro

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Zona euro tidak harus menggunakan nilai tukar untuk meningkatkan daya saing ekonomi, pemerintah Jerman mengatakan pada Rabu setelah Prancis menyerukan kebijakan untuk membatasi kenaikan euro.

"Dari sudut pandang kami, kebijakan nilai tukar bukanlah alat yang tepat untuk meningkatkan daya saing," juru bicara pemerintah Steffen Seibert mengatakan dalam sebuah konferensi pers di Berlin.

"Pengaruh dari hal-hal seperti menargetkan devaluasi cenderung lebih jangka pendek. Anda tidak dapat menggunakannya untuk mencapai peningkatan daya saing dalam jangka panjang," kata Seibert.

Sehari sebelumnya, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan nilai euro tidak harus diserahkan kepada keinginan pasar.

Berbicara kepada Parlemen Eropa di Strasbourg, ia mengatakan "zona mata uang tunggal harus memiliki kebijakan devisa, jika tidak maka akan melihat nilai tukar diberlakukan (oleh pasar) tidak sejalan dengan posisi daya saing riilnya."

Pada Senin, Menteri Keuangan Prancis Pierre Moscovici mengatakan bahwa Paris mengkhawatirkan kenaikan euro baru-baru ini, tetapi lebih suka akan mencari dialog tentang masalah ini daripada "melancarkan serangan" pada masalah itu.

"Tidak ada strategi pemerintah Prancis untuk menyangsikan atau meluncurkan serangan tentang masalah kurs mata uang asing," kata Moscovici.

Euro telah menguat tajam dalam beberapa bulan terakhir karena zona euro akhirnya muncul lebih baik dari krisis utang yang pada satu tahap tampak cenderung menenggelamkan seluruh proyek.

Pada Jumat (1/2), mata uang tunggal mencapai 1,3711 dolar, tingkat yang terakhir terlihat pada pertengahan November 2011, memicu kekhawatiran bahwa hal itu bisa mulai merugikan ekspor, pendorong utama pertumbuhan pada saat perekonomian zona euro secara keseluruhan sedang buruk.

Selama beberapa bulan, beberapa negara berkembang telah keberatan bahwa kebijakan moneter bank-bank sentral terkemuka, dalam menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi mereka sendiri, cenderung menekan mata uang mereka dan sejumlah kebijakan persainga devaluasi.

Para analis mengatakan bahwa kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) menunjukkan tanda-tanda menjadi agak kurang santai dan ini adalah salah satu faktor yang cenderung mendongkrak euro.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement