REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Amerika Serikat disebut sebagai negara yang memiliki tingkat toleransi tinggi terhadap agama. Alasannya, di Negeri Paman itu agama beraneka ragam.
"Mayoritas penduduk di Amerika memeluk agama Kristen dengan persentase 78,4 persen dari jumlah penduduk. Selebihnya terdapat agama Hindu, Yahudi, Islam, Buddha, Orthodoks, Mormon, kepercayaan Jehovah, serta beberapa agama lainnya," kata Political Officer Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Moulik Berkana, saat menjadi pembicara pada kuliah umum di Universitas Muria Kudus, di Kudus, Kamis (7/2).
Namun pluralisme bukan tentang penghapusan perbedaan, melainkan upaya merekatkan perbedaan dalam suatu dialog. Vitalitas dari agama di Amerika semakin meningkat, ketika pemeluk agama yang berbeda berkumpul untuk saling bertukar informasi atau berbagi perayaan hari besar.
Kelompok-kelompok agama tersebut, katanya, bekerja sama pula dengan pemerintah dan partner swasta untuk membantu orang-orang di seluruh dunia.
Bahkan, menurut Berkana, para remaja dan profesional muda dari latar belakang agama yang berbeda-beda, sering kali bekerja sama dalam suatu proyek sukarelawan dan kegiatan lainnya, untuk meningkatkan pengertian bersama.