REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA – Oposisi pemerintah Bulgaria menilai tuduhan terhadap gerakan militer Hizbullah membahayakan negara sendiri sangat tidak berdasar. "Tuduhan itu tidak berdasar dan sangat berbahaya. Pemerintah masuk ke dalam permainan politik yang tidak bertanggung jawab, tanpa berhitung konsekuensinya,”cetus pemimpin Partai Sosialis (BSP) Sergei Stanishev, Kamis (7/2).
Kelompok nasionalis Attack dan partai etnis Turki MRF turut mendukung BSP. Mereka berargumen, kesimpulan Perdana Menteri Bulgaria Boiko Borisov terhadap serangan bus di luar Bandara Black Sea, Burgas terlalu cepat. Lantaran investigasi belum selesai digelar.
Para wakil partai tersebut melihat sebuah analisis yang keliru terkait sistem keamanan nasional. Namun, Menteri Luar Negeri Bulgaria Nikolai Mladenov berkeras menyatakan investigasi yang dilaksanakan pemerintah bersifat independen. Pihak kepolisian Eropa, Europol, diakuinya hanya membantu.
Seluruh bukti dan kesimpulan diputuskan langsung hanya oleh pemerintah Bulgaria. Berdasar asumsi awal, serangan itu diduga aksi bom bunuh diri. Nyatanya bom dikendalikan jarak jauh.
“Tidak ada satu pihak pun yang bisa menekan Bulgaria,” elak Mladenov pada televisi lokal, BNT.
Ditemui usai rapat kabinet Rabu lalu, menteri dari kelompok militer Hizbullah, Mohammed Fneish mengungkapkan ada intervensi pada kesimpulan pemerintah Bulgaria. “Israel menudingkan jarinya pada Hizbullah tepat di saat bom pertama kali meledak,”ujarnya pada AP.
Kepala deputi Hizbullah Sheik Naim Kassem mengumpakan sejumlah teror tengah menimpa kelompoknya. Alasan Israel melakukan itu, umbar Kassem, karena merasa kalah secara kekuatan militer dengan Hizbullah.
"Segala bentuk serangan terhadap Hizbullah tidak membawa efek apapun. Semuanya tidak mengubah kenyataan di lapangan,” ujar Kassem.