REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Ribuan orang berunjuk rasa di pusat kota Tunis, Sabtu, meneriakkan slogan-slogan anti-Prancis dan pro-Islam. Aksi digelar sehari setelah pemakaman seorang tokoh oposisi berubah menjadi unjuk rasa massal melawan partai berhaluan Islam.
Pendukung partai Ennahda yang jumlahnya mencapai 3.000 orang meneriakkan slogan-slogan. Isi slogannya di antaranya "Prancis keluar," dan "Rakyat ingin melindungi legitimasi" pemerintah.
Sejumlah spanduk yang dibawa pengunjuk rasa berbunyi "Cukup! Prancis! Tunisia tak akan pernah lagi jadi koloni Prancis".
Demonstrasi pro-Ennahda terjadi di Habib Bourguiba Avenue. Lokasi pusat revolusi 2011 yang menumbangkan diktator Zine El Abidine Ben Ali. Lokasinya dekat dengan Kedutaan Besar Prancis.
Partai tersebut menyerukan protes untuk membela legitimasi majelis konstituen nasional yang didominasi pendukung Ennahda guna melawan kekerasan politik dan campur tangan Prancis.
Slogan-slogan anti-Prancis itu muncul sebagai tanggapan atas komentar Menteri Dalam Negeri Prancis, Manuel Valls, yang mengecam apa yang disebutnya "fasisme Islam". Valls melontarkan kecamnya setelah Chokri Balaid, pengeritik vokal pemerintah, ditembak mati di luar rumahnya pada Rabu.
Oposisi telah menyalahkan Ennahda melakukan pembunuhan itu. Tuduhan yang kemudian dibantah.
Pembunuhan Belaid telah membawa Tunisia dalam pergolakan pasca-revolusi. Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jelan pada Jumat untuk mengikuti pemakamannya.