Ahad 10 Feb 2013 09:27 WIB

Iran Remehkan Dampak Sanksi Barat

Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney
Foto: foxnews
Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Eropa dan Amerika Ali-Asghar Khaji, Sabtu (9/2), meremehkan dampak dari sanksi Barat terhadap Republik Islam itu gara-gara program sensitif nuklir Negara Persia itu.

"Pemberlakuan sanksi atas Iran adalah tindakan sia-sia", dan waktu bagi pemberlakuan sanksi ekonomi untuk membuat negara lain bertekuk lutut sudah berlalu, kata Khaji sebagaimana dikutip Press TV.

Pejabat Iran tersebut kembali menyampaikan pernyataan sebelumnya bahwa pendekatan dua-jalur, sanksi dan tekanan terhadap Iran, adalah tidak konstruktif. Menurut laporan Xinhua, Ahad (10/2), mereka juga mengatakan embargo terhadap Republik Islam itu lebih merugikan semua negara itu, yang telah menjatuhkan sanksi atas Iran.

Pada Rabu (6/2), Washington memperluas sanksi AS atas Iran dengan memperketat tindakan ekonomi terhadap Republik Islam tersebut dan menambahkan nama lain ke dalam daftar hitamnya. Iran berkeras mengenai sifat damai program nuklirnya, sementara barat menganggap program itu sebagai kedok untuk membuat senjata nuklir.

Pada Oktober lalu, Uni Eropa menambah sanksinya atas Iran, termasuk larangan melakukan impor gas dari Iran. Tidak hanya itu, Uni Eropa juga telah menghentikan penayangan siaran televisi Iran. Namun, Uni Eropa menekankan penyelesaian diplomatik dan mendesak Iran agar "mematuhi semua kewajiban internasionalnya".

Amerika Serikat tentu saja menyambut baik dan mendukung sepenuhnya keputusan Uni Eropa memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Iran. "Amerika Serikat menyambut baik pengesahan sanki baru Uni Eropa terhadap pemerintah Iran sebagai tanggapan atas pelanggaran yang dilakukan pemerintah Iran atas kewajiban internasionalnya mengenai program nuklirnya," kata Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney.

Carney mengatakan, tindakan oleh Uni Eropa tersebut akan memperkuat upaya internasional guna menekan dan mengucilkan pemerintah Iran karena penolakannya yang terus-menerus untuk mematuhi kewajiban internasionalnya dan bekerjasama secara penuh dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement