REPUBLIKA.CO.ID, MOPTI -- Ratusan warga Mali harus menanggung dampak serangan Prancis yang terus menimbulkan korban sipil. Mereka kehilangan mata pencaharian dari bisnis, terutama bagi warga yang tinggal di wilayah utara Mali.
Penduduk setempat mengatakan perang Prancis di Mali mengakibatkan kerusakan yang luas bagi kehidupan mereka. Banyak pemuda yang menganggur karena memburuknya situasi keamanan di negara Afrika Barat tersebut.
"Bisnis pariwisata hampir mati. Tak seorang pun, bahkan ke Afrika, yang mau berjalan di sini karena tidak aman," ujar seorang pengusaha Mali di sebelah utara Kota Mopti, Issa Ballo, seperti dikutip PressTV, Ahad (10/2).
Keamanan di Mali terganggu karena banyaknya serangan udara dan pemboman. Prancis meluncurkan serangan ke Mali pada 11 Januari 2013. Mereka berdalih serangan itu untuk menghentikan operasi kelompok oposisi. Namun, serangan itu justru membuat ribuah warga Mali menjadi tunawisma.
Pada 1 Februari 2013, Amnesty Internasional mengecam pelanggaran serius terhadap hak asasi kemanusiaan di Mali. Pelanggaran itu termasuk pembunuhan anak-anak dalam perang Prancis di Mali.
Para analis percaya serangan Prancis tersebut hanya mengincar sumber daya alam di Mali. Negara Afrika tersebut kaya akan mineral termasuk emas, uranium, serta minyak bumi.