Ahad 10 Feb 2013 15:01 WIB

Assad Ganti Tujuh Menteri

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Suriah Bashar al Assad bersama istriny Asma Assad
Foto: indiavision.com
Presiden Suriah Bashar al Assad bersama istriny Asma Assad

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad merombak kabinetnya dengan mencalonkan tujuh menteri baru, Sabtu (9/2). 

Media pemerintah melaporkan, langkah yang dilakukan Assad bertujuan untuk mengembalikan perekonomian yang telah hancur akibat krisis yang terjadi selama hampir dua tahun.

Perombakan itu juga terjadi ketika pertempuran dan bentrokan semakin memanas di Damaskus dan sekitarnya selama empat hari berturut-turut.

Assad mengganti menteri perminyakan, keuangan, sosial, ketenaga kerjaan, perumahan, pekerjaan umum, dan kementerian pertanian. Sedangkan jabatan kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri tidak berubah.

Dikutip dari kantor berita Suriah SANA, Ahad (10/2), Assad mengeluarkan Keputusan nomor 61 tahun 2013 dengan mencalonkan nama-nama yang menjadi menteri untuk jabatan-jabatan tersebut.

Beberapa nama yang beredar yaitu Hussein Farzat sebagai Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan, Hussein Arnous sebagai Menteri Pekerjaan Umum, Ahmad al-Qadri sebagai Menteri Pertanian dan Reformasi Agraria, dan Suleiman al-Abbas sebagai Menteri Perminyakan dan Sumber Daya Mineral.

Selain itu, Assad mencalonkan Ismael Ismael sebagai Menteri Keuangan, al-Shammat Kinda sebagai Menteri Sosial, dan Hassan Hijazi sebagai Menteri Tenaga Kerja.

Assad juga mengeluarkan Keputusan Legislatif nomor 15 yaitu mendirikan dua kementerian, yaitu Kementerian Sosial dan Kementerian Tenaga Kerja.

Perekonomian Suriah telah hancur akibat konflik berdarah ini. Nilai tukar mata uang negara ini untuk satu dollar Amerika Serikat (AS) saat ini adalah sekitar 95 Pound Suriah di pasar gelap. Nilai ini meningkat lebih dari dua kali lipat 47 pound untuk satu dolar AS saat krisis dimulai pada Maret 2011 lalu. 

Beberapa infrastruktur rusak berat, seperti pipa minyak, jembatan, air, dan pembangkit listrik. Bandara di pusat kota terbesar dan komersial Suriah, Aleppo, ditutup karena pertempuran.

Tidak hanya itu, pemadaman listrik sering terjadi di negara ini, dan warga di beberapa daerah di Suriah harus antre panjang jalur untuk mendapatkan roti dan bensin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement