REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Seorang panglima senior militer Iran menyatakan bahwa Iran tidak pernah dan tidak akan pernah dijajah oleh kekuatan adidaya dunia.
"Musuh kami... mengetahui bahwa bangsa Iran tidak pernah tunduk di hadapan kekuatan arogan, dan kekuatan asing tidak pernah dan tidak akan mampu menjajah Iran," ujar Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi pada peringatan kemenangan Revolusi Islam Iran (22 Bahman) Ahad 10 Februari, seperti dikutip laman Irib.
"Negara-negara sekitar kita masing-masing pernah berada di bawah dominasi asing dan sebagiannya bahkan masih bergantung pada pihak asing... sementara pada saat yang sama bersikap seolah mereka independen... Namun pada hari ketika Amerika Serikat menghentikan dukungannya, mereka akan runtuh dan terpecah-belah," jelasnya.
Mayjen Safavi menegaskan bahwa 1.65 miliar Muslim di seluruh dunia secara langsung atau tidak langsung merasakan pengaruh dari budaya Revolusi Islam Iran pada 1979.
"Bangsa Iran... akan melalui perang ekonomi dan sanksi brutal Amerika Serikat, dan seperti pada era Perang Pertahanan Suci, musuh akan terkalahkan dan dipermalukan," katanya.
Sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap Iran berasaskan tuduhan tidak mendasar bahwa Tehran sedang mengacu pada tujuan-tujuan non-sipil dalam program nuklirnya.
Iran menolak klaim infaktual tersebut dan berdalih bahwa sebagai penandantangan berkomitmen Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) serta anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Republik Islam berhak menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Selain itu, IAEA juga telah melakukan berbagai inspeksi ke fasilitas nuklir Iran dan tidak menemukan bukti apapun terkait penyimpangan dalam program nuklir Teheran.