REPUBLIKA.CO.ID, JONGLEI -- Sedikitnya 103 orang tewas dalam serangan militan terhadap rombongan orang dan ternak di negara bagian Jonglei, Sudan Selatan.
Sekelompok pria bersenjata yang dipimpin komandan, David Yau Yau bersama dengan anggota komunitas Murle menyerang sekelompok imigran dari etnis keluarga Lou Nuer pada 8 Februari 2013.
"Mereka diserang oleh orang-orang dengan kekuatan besar," ungkap Gubernur Jonglei, Mayang seperti dikutip PressTV, Senin (11/2).
Dalam serangan itu, banyak anak-anak dan perempuan hilang. "Nasib mereka belum diketahui," ungkapnya. Puluhan tentara yang mengawal orang-orang tersebut juga tewas.
Seorang juru bicara militer Sudan Selatan mengkonfirmasi insiden tersebut, dimana hampir 500 orang dilaporkan masih hilang. Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional telah mengirim petugas medis untuk mengobati korban luka.
PBB melaporkan, lebih dari 600 orang terbunuh dalam kekerasan etnis di Jonglei beberapa bulan terakhir. Pemberontak Yau Yau melawan pemerintahan Juba setelah dia kalah dalam pemilihan pada April 2010. Namun, dia menerima amnesti pada 2011, sebulan sebelum Sudan Selatan merdeka dari Sudan.
Juba mengatakan Sudan mendukung Yau Yau dalam senjata dan pasokan kebutuhan ke wilayah terpencil Jonglei. Negara bagian Jonglei di Sudan Selatan merupakan wilayah paling parah terkena dampak perang sipil selama periode 1983-2005.
Pada Juli 2011, Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan menyusul perang yang terjadi hingga dua dekade. Perang itu menewaskan sekitar dua juta orang di negara terbesar Afrika tersebut. Di negara kaya akan minyak bumi itu, satu dari tujuh anak meninggal sebelum usia lima tahun akibat perang.